Sunday, 4 November 2012

Berbanding Lurus

06:53 2 Comments
Dua hari ini, 3-4 November Himpunan Mahasiswa Jurusan saya mengadakan pelatihan jurnalistik. Kebetulan saya menjadi panitia, sekaligus peserta. Dua hari yang menyenangkan untuk saya, rasanya tak pernah membayangkan di kampus ini saya akan menemukan sebuah pelatihan jurnalistik. Rasanya seperti oase di tengah gurun.

Tulisan ini tidak bermaksud mereview bagaimana pelatihan jurnalistik itu. Saya justru ingin bernostalgia dengan kenangan-kenangan. Dua hari ini mengingatkan saya ketika saya masih begitu sering membaca buku, sastra, novel dan bacaan-bacaan lain yang menurut saya 'berbobot'. Hari-hari itu adalah hari dimana produktifitas menulis saya cukup tinggi. Entah menulis cerpen, opini atau bahkan update blog?

Kini? Saya nyaris tak lagi membaca. Ironis? Jelas.
Alasannya? Tugas kuliah yang terlalu menyita waktu. Klise? Iya.
Kecewa? Pasti.

Kurang membaca ini membawa dampak pada kemampuan menulis saya. Menurun drastis. Kemampuan mengolah kata, bermain dengan diksi, mengolah imaji menjadi narasi kini menjadi berat. Membangun opini menjadi susah ketika saya tak memiliki banyak sumber untuk membangun opini itu sendiri.

Dari situlah, saya kembali pada kesadaran bahwa orang yang tak membaca tak akan bisa menulis. Orang yang tak membaca bacaan yang bagus dan bermutu, akan menulis dengan buruk dan tak berbobot. Seperti saya saat ini.

Sekali lagi, membaca menjadi sangat perlu. Tak lagi melulu, membaca ebook materi kuliah namun juga buku-buku seperti dulu. Buku-buku yang menyelamatkan dahaga saya akan dunia.

Sunday, 14 October 2012

Thursday, 27 September 2012

Salamander Big Band Concert

22:52 0 Comments
I knew about this concert from email. Since I subscribe to Wisma Jerman, they always send me an email whenever they hold an event. And this concert is one of interesting event that I like. Why? Because it's free :-D . Before I start about how cool the concert was, I will tell you about WHO is Salamander Big Band, in case, you never know about this band like me before.

Salamander Big Band was founded in 2006 by some jazz musicians and music lovers on Earth Sangkuriang, Bandung. In the following years they practice regularly and perform at various events such as the national jazz festival "JakJazz" and "JavaJazz". I've visited their official website  to get more information about them, but it seems still on progress. One thing that I know for sure, they're awesome,

The concert itself is  in celebration of its sixth anniversary of the Goethe-Institut. They organized a workshop and three concerts in Bandung, Surabaya and Jakarta. A young musician from the German city of Lübeck, Jann Hansen, working with Salamander Big Band for a month in the workshop program. While the composer Dieter Mack - also from Germany - invited by the Goethe-Institut to work with Salamander Big Band to prepare the peak concert dedicated in honor of Peter Herbolzheimer. Peter Herbolzheimer (31 December 1935[1] – 27 March 2010) was a German jazz trombonist and bandleader. Prof Mack said that Peter is the legend of Jazz from German.

Peter Herbolzheimer
The concert took place on Cultural Garden Building, Cak Durasim at 7 PM, September 21th . The concert was started on time. I was so curious, how the jazz concert will be. Since that was my first experience to see a jazz concert.
The concert was divided into two part. Opening song was Just Like that.

At the first time, I imagined my self would get bored. Since It's only instruments. But I was wrong! I was exited during the concert! It was amazing!
Sorry for the bad pics

Salamander Big Band Concert
They played many songs. Some of them also had vocalists. The vocalists were Mrs Nenden and Mr Gyle. One thing that special about Mrs Nenden is she is blind. But she has wonderful voice. When I heard she sang, I felt like somebody told me to believe that every person has their own talent, every person is special. And there's no reason to give up no matter what happened on us.

Beside her amazing voice, another thing that make me exited was Salamander Big Band itself. They played well. Oh, not well, I'm sorry. They are fabulous. Even when there was a solois part. Each person played perfectly, wether it was bass, or piano, or flute, trombone, saxophone or trumpet.

On the first part of the concert, they played Peter's creation or arrangement only. Such as, Just Like That, I Was You Love, Heat Land, Blues in Latin, Damn Their Eyes and Mis Your Highlander. Prof Dieter Mack, also told the audience during the concert that Peter Herbolzheimer also combine blues and swing on his music. On the second part, they played from other musician also, including Prof Dieter Mack. Sunda Jaive and Trave Line are Prof Dieter Mack's. Other songs were, Computer, one song from Bubby Chen (I'm sorry, I forget the title) and Smile. Smile is quite interesting since it was Charlie Chaplin's creation. I even recorded that part :-D 
here's the lyric
Smile though your heart is aching
Smile even though it's breaking
When there are clouds in the sky, you'll get by
If you smile through your fear and sorrow
Smile and maybe tomorrow
You'll see the sun come shining through for you

Light up your face with gladness
Hide every trace of sadness
Although a tear may be ever so near
That's the time you must keep on trying
Smile, what's the use of crying?
You'll find that life is still worthwhile
If you just smile

That's the time you must keep on trying
Smile, what's the use of crying?
You'll find that life is still worthwhile
If you just smile



So what is the conclusion? I Love Jazz! I want more! :))

Tuesday, 11 September 2012

selamat pagi, Kamu

01:46 1 Comments
Selamat pagi, kamu. Nyenyakkah tidurmu semalam? semoga begitu. Akhir-akhir ini angin selatan sedang menggempur hebat malam-malam, menyiksa orang-orang menggigil dalam dingin. Seperti yang hampir sepuluh bulan ini kuketahui, kamu adalah salah satu spesies yang tidak berkomprongi dengan dingin. Berkali-kali bersin, hidung mampet yang akhirnya berujung pada sakit rutinmu, Flu. semoga malam ini, pun malam-malam yang lain, membuat kamu lebih tangguh.

Apa? Tidurku? Ah, perlukah itu kuceritakan? Singkat saja, aku terbangun sejam sekali. dengan mimpi buruk yang rasanya membuatku lebih memilih untuk terjaga. Mimpi apa? Bahkan saking buruknya mimpiku semalam, aku tak sanggup menceritakan. akhirnya, tidurku tak nyenyak semalam.

Apakah aku baik-baik saja? Bukankah itu adalah pertanyaan yang akan kuajukan kepadamu juga? Tentu aku ingin mendengar jawaban baik. Bahwa kamu baik-baik saja, bahwa kamu merasa bahagia, bahwa kamu tak pernah lupa makan, bahwa kamu sangat konsen dengan kuliahmu, bahwa kamu sedang menikmati memfokuskan diri, bahwa kamu sedang menikmati hidup tanpa beban. tanpa aku.

Bolehkah aku tertawa?
Aku ingin menertawakan betapa bodohnya aku selama ini. Menjadikan diri sendiri beban bagi orang lain, dan bertindak tanpa memikirkan hati dan perasaan lain. perasaan kamu. bolehkah aku menertawakan diri atas kebodohan itu?

Hidup nampaknya jauh lebih mudah bagimu dalam jalanmu sendiri. aku tak lagi menuntut apa-apa. Ijinkan saja aku mengamati dari jauh--aku berjanji tak akan mengganggu--bahwa kamu baik-baik saja dan semakin baik-baik saja.

di suatu pagi, di suatu tempat yang pernah bersama kita jelajahi

Thursday, 30 August 2012

Untitled

20:36 1 Comments
Haruskah saya bercerita pada dunia apa yang tidak saya ceritakan kepadamu?

Pertanyaan itu membuat layar saya kosong berjam-jam. Saya ragu untuk menulis dan akhirnya justru ketika saya menulis ini dan kamu membacanya, saya justru melahirkan tanya dalam benakmu,

"Apa itu yang tak kau bagi denganku?"

Banyak, sayang. Semua itu soal waktu, hingga tak ada lagi milikku atau milikmu. Semua milik kita.

Friday, 10 August 2012

Aku Ingin Pulang

08:16 1 Comments


Aku duduk gelisah di bangku taman. Aku menunggu tanpa tenang di bawah lampu taman yang temaram. Aku sendirian di bawah gerimis malam.
Kamu tak lagi datang.

Menyaksikan jalanan yang penuh sesuk kendaraan, membuatku merasa menoleh ke diriku sendiri. Jalanan selalu dipenuhi oleh orang-orang yang terburu-buru. Terburu-buru ke kantor, terburu-buru ke rumah, terburu-buru ke sekolah, terburu-buru ke kampus, terburu-buru ke mall, terburu-buru ke pasar, terburu-buru ke segala tempat yang bisa diburu. Dan di kota, semua sudut memang menjadi tempat perburuan.
Aku rupanya telah salah memilih jalan. Aku menjadi bagian yang terburu-buru. Seolah waktu tak lagi mau menunggu, seolah aku harus berpacu dengan detak jantungku sendiri. Kemudian aku menggenggam tanganmu, menyeretmu. Tapi begitu aku berhenti di taman ini, aku sadar, tanganku tak lagi menggenggam apa-apa.
Kamu tak lagi disini.

Kamu selalu mengatakan kita ini dua mahluk yang begitu berbeda. Spesies kita saja homo sapien, namun nyatanya perbedaan kita tak cukup lagi ditulis dalam agenda—masih ingatkah kamu kita membeli agenda yang sama bersama-sama, agenda bersampul biru itu?—yang kini penuh coretan angka-angka. Kamu mengatakan perbedaan kita saling mengisi, kekeraskepalaan kita membuat kita tetap tegak berdiri dan rasa sayang ini yang membuat kita tak bisa pergi. Untuk yang terakhir aku sangsi.

Aku sangsi, aku kah atau kamu kah yang mengatakannya? Atau itu hanya dalam angan-anganku saja? Nyatanya, kamu tak lagi ada disini. Nyatanya aku sendiri.

Ibaratnya kita mengendarai mobil, sebelum berangkat kita telah sepakat akan memacu mobil pada kecepatan konstan 40 kilometer per jam. Semua berjalan baik hingga sampai akhirnya kamu sadar, aku mempunyai kecenderungan suka balapan. Kamu memperingatkan. Bahan bakar kita belum cukup, keahlian kita mengemudi masih dipertanyakan. Kamu menolak menambah kecepatan.

Aku kemudian turun dari mobil. Kamu merasa perlu mengikutiku, mengejarku. Kemudian menenangkan. Kamu mengajakku menatap horizon.

Lihat, sayang. Nanti hingga ujung ufuk, kamu akan tetap kupeluk”. Aku rasakan pelukmu hangat, suaramu bersahabat.
Tapi aku tak bisa berlari. Aku tak bisa terbang..”

Kita kemudian memutuskan berjalan pelan. Sambil menikmati pemandangan di sekeliling. Sesekali berhenti untuk menikmati pelangi, menertawakan dua kucing yang berkelahi atau sekadar merasakan sejuknya embun pagi. Kita berjalan beriringan.

Hingga akhirnya, bagian diriku yang terburu-buru itu muncul kembali. Menarikmu. Menyeretmu. Aku begitu semangat berlari hingga tak menyadari genggamanku tak erat lagi, genggamanku kosong tanpa kamu sama sekali.

Lalu, disinilah aku berhenti, Sayang. Aku tak tahu kamu dimana, aku tak tahu aku berada dimana. Yang kutahu, aku tak mencapai apa-apa.
Aku sendirian sekarang, Sayang. Hujan sudah turun sejak tadi. Tak apa, justru tangisku menjadi samar. Aku sekarang mencoba berjalan kembali, menilisik jejak keterburuan. Sebentar-sebentar, kudengar petir menyambar.

Aku duduk memeluk lutut, takut. Andai kamu disini, tentu kamu akan berkata halus sambil mengelus kepalaku. “Tak apa, ada aku disini”.

Tapi kamu tak ada disini, tak ada yang mengelus kepalaku. Yang ada hanya petir menyambar-nyambar.

Sungguh aku ingin pulang, ke pelukmu..

Temanggung, 10 Agustus 2012

Tuesday, 17 July 2012

Singapore Day 2

08:14 4 Comments

Day 2


My second day in Singapore started by a yummy breakfast in the hotel. Because I usually life in dorm as college student and don't get yummy food every day, so I took rice in few ammount, but I took another, all of them. Hahaha.. Please don't call me greedy :))


Yummy, Nad?
Not all of them are yummy because there are so many meats. But yeah, I like  banana bread and pancake. The beverages are also refreshing my mind. After breakfast, 9.15 am we're heading to Google Office in Asia Square. One thing that I must underline, NO LATE. So if teh schedule said 9.15 am then it's 9.15 sharp and if you're late, bye bye please take a bus on your own—and maybe getting lost first—to Google Office.

In the second day, we, all of GSA,  got so many things about Google Culture, Google Apps for Edu, Chrome, Google Places, Google Maps, Google+ and also about   Public Relation. Yeah, because all of us we'll have many contacts with users so we have to have some basic thing about how to communicate and represent Google Student Ambassador well.

About chromebook, I actually held it, once more, just held Chromebook. besides actually I wanna take one home, hahaha. Chromebook is look like laptop but only for browser.


Hah? Kok gitu?
Iya, emang gitu. Ke depannya nanti kan segala sesuatu cukup dari internet dengan adanya Cloud Computing yang makin moncer belakangan ini.

Hah? Cloud Computing apaan, Nad?
Aduh, bisa satu posting panjang nih soal Cloud Computing. Monggo digoogling saja ya :D

Yang seru di hari kedua adalah jalan-jalan di Singapuuur! Setelah acara selesai jam 5 sore, rombongan GSA dibawa ke Taman Merlion trus naik River Cruise dari sana. Sungai di Singapura itu bersih banget, emang sih sempet nemu beberapa sampah tapi itu sedikit banget kalo dibandingkan dengan sampah di sungai-sungai Indonesia yang nyaris bisa bikin pulau itu. Dan Singapura juga pinter mengolah sungai dan River Cruise menjadi magnet pariwisata untuk menyaksikan landmark yang ada di Singapura. Singapura bener-bener memperhatikan tata kota dan arsitektur landmark. Kalau kata ibu saya,”Ya gampang ngaturnya, wong kecil. Coba Indonesia..” hehehe, ada benernya sih :D Tapi bukan mustahil ya Indonesia suatu hari nanti bisa rapih kayak begitu. Amin..
ada yang tahu gedung di belakang saya apa namanya? :-D oia, abaikan saya yang nampak gendut itu, fokus ke tas google yang keren itu aja yah! :))

Setelah puas mengelilingi Singapura dengan River Cruise, balik lagi ke taman Merlion. Sayangnya oh sayangnya, si Merlion lagi dipugar. Untuk memperingati ulang tahun Merlion yang ke 40 nanti, si Merlion lagi didandani gitu deh, jadi saya ngga bisa foto-foto sama ikon Singapura satu itu *sedih*

Tapi kesedihan itu terbayar saat dinner. Bener-bener gala dinner! Di Medzs Mediteranian Restaurant. Tapi oh tapi, karena saya harus makan yang halal *ya iya lah, Nad* sementara restoran itu belum ada label halalnya, saya makan pake box plastik gitu. Alasannya kalo make piring ato sendok yang biasa, takut udah kecampur sama yang ngga halal. Makanan pun ngga bisa milih. Beda sama yang bukan muslim, mereka bisa milih menu banyak banget. Tapi ngga papa deh, udah bersyukur bisa makan di restoran mewah tanpa keluar duit kayak begitu :D

Selesai dinner, kami langsung balik lagi ke hotel.

Lah Nad, shoppingmu mana? Bukannya Singapura surga shopping?
On the next posting, wait me!

Friday, 13 July 2012

Wonderful Holiday

07:57 8 Comments
Saya selalu menikmati liburan semester genap kuliah saya. Kenapa? Karena selain libur semester genap itu libur panjang, saya selalu dapat pengalaman baru.

My previous holiday, I spent it on Karimun Jawa Island. Pertama kali ke luar Jawa, pertama kali naik kapal dan pertama kali merasakan mabuk laut.

Nah, di liburan kali ini saya dapet pengalaman baru lagi. Pertama kali naik pesawat terbang, pertama kali ke luar negeri dan pertama kali ke kantor Google!

eh, ngapain kamu Nad kluyuran di kantor Google?

Thursday, 14 June 2012

Allah Mendengar

00:33 1 Comments

Waktu saya kecil, saya sering punya mimpi-mimpi aneh. Jadi jurnalis yang ditempatkan di medan perang atau jadi dokter yang dinas di pulau sabang. Lain hari saya bisa begitu sangat ingin menjadi aktris yang memerankan tokoh psikopat. Just a random thought.

Semakin saya besar, semakin saya sadar dunia itu BENAR-BENAR LEBAR. Semakin saya tahu bahwa banyak orang hebat, banyak orang pintar dan orang-orang itu memulai semua itu dengan belajar dan berkeyakinan teguh.

Saya termasuk orang yang memang kurang rapi dalam merencanakan hidup. Maksud saya, saya ngga punya target tertentu yang harus dicapai dalam usia sekian. Hal itu karena akhirnya saya sadar, diri saya sendiri lebih nyaman menjadi tipe yang menikmati. Termasuk soal urusan ke luar negeri.

Waktu saya masih SMP, kakak saya sudah berhasil melanglang buana ke Amerika. Semacam studi banding selama sebulan. Beberapa tahun setelah itu, kakak saya yang lain ke Taiwan untuk sebuah kegiatan Nahdlatul Ulama. Lalu saya masih sampai pada pertanyaan,”Kapan bisa naik pesawat?”.

Sampai akhirnya email mengejutkan itu datang. Siapa menyangka saya akan ke Singapura tanpa biaya sepeserpun? Saya tak pernah ada rencana akan membuat paspor tahun ini, tapi Allah rupanya sudah mengatur. Saya sempat berbisik pelan kepadaNya, saya ingin melihat luar Indonesia sebelum saya berumur 20 tahun. Dan Allah mewujudkannya sebagai hadiah ulang tahun ke 20 saya.

Bagi sebagian orang, ini memang bukan sesuatu yang besar. Tapi untuk saya, ini cukup untuk bersyukur.

Ya, bulan Juli nanti saya dan kawan-kawan dari Indonesia akan bertolak ke Singapura untuk mengikuti Google Student Ambassador Summit. Apakah saya menyangka ini? Tidak sama sekali. Namun, ini membuat saya yakin Allah selalu mendengar. Dan sayangnya kita yang sering luput berdoa, luput percaya bahwa semua mimpi bisa menjadi nyata.

Berdoalah dengan teguh, maka Allah bisa mengabulkan semua dengan utuh!

Tuesday, 8 May 2012

Sunyi Jadi Puisi

02:07 3 Comments

Sunyi tidak pernah sedemikian menyakitkan
Saat aku sendirian, bahkan
Sunyi tidak pernah sedemikian menakutkan

Diam tidak pernah sedemikian mencengkeram
Diam biasanya hanya menjadi pertanda
betapa dua orang lelah berkata-kata
Diam tidak pernah sedemikian menyiksa

Lalu ketika kita duduk bersama
Dan sunyi menjadi orang ketiga di antara kita
Sunyi menjelma menjadi luka
Luka yang menculik kata-kata
dan kita hanya diam tanpa bahasa

aku ingin sekali bicara, sayang
tapi air mata mendahuluiku
aku ingin sekali berucap, sayang
tapi ucapanmu lebih dulu menikamku
aku ingin sekali berkata
"Untuk kali ini, aku tidak baik-baik saja"
tapi aku tak bisa
aku ingin sekali menunjukkan, sayang
apa dan dimana luka itu berada
tapi aku tak kuasa

kurasa, sunyi kini jadi puisi

Thursday, 19 April 2012

Ketika Hari Itu Tiba

01:59 1 Comments
Seorang menanyai saya pagi ini, “Kapan menulis lagi?”.
Sebuah pertanyaan yang selalu menampar saya berkali-kali, meneteskan cuka di atas luka. Perih dan ngilu. Saya tahu hari itu akan datang.
Hari dimana jemari saya terlampau lemah untuk sekadar menggenggam pena. Hari dimana jemari saya tak lagi punya tenaga untuk sekadar menyentuh keyboard. Hari dimana suara saya terkunci di pita suara dan saya tak lagi bisa bercerita apa-apa.
Ketika hari itu tiba, bukan karena imaji saya mati suri atau saya kehilangan daya khayal fiksi. Saya sudah menua, ketika hari itu tiba.
“Maka saya akan mendengar cerita-cerita kamu, dengan menatap matamu. Saya selalu sadar, mata kita adalah dua pasang mata yang selalu saling bicara dengan bahasa yang tak mampu didengar telinga kita, pun telinga lain.”
Hati saya tenang. Kamu adalah tempat segalanya memusat. Kamu adalah tempat segalanya berangkat. Kamu adalah mata air semua imaji, diksi dan puisi. Kamu adalah alasan saya menulis semua ini. Kamu adalah sebuah jaminan, cerita, puisi maupun sajak saya tidak hanya berakhir di tempat sampah. Kamu adalah pertanda, cinta tak pernah lengah.


Kamu, cinta itu sendiri.

Saturday, 10 March 2012

Senja yang membuat mata basah

22:32 2 Comments
Senja itu, setelah ikut sholat jamaah di masjid terdekat, dia datang dengan mata yang sembab.
Ada sesuatu. Dia bukan seorang yang cengeng.
Ada yang menyentuh hatinya. Entah kasar, entah halus.

"Pilek?", tanya saya. Saya mencoba berbaik sangka. Senja temaram membuat wajah dan mata sendunya samar. Ia menggeleng dan menyuruh saya bergegegas. Kuliah segera dimulai, ia tak ingin saya terlambat.

Sepanjang jalan ia diam dan itu membuat saya tak tahan untuk bertanya.
"Ada apa?"

Matanya kembali sembab.Namun, ia memulai bercerita.
Saat jamaah tadi, seorang tua berada di sampingnya. Dan ia teringat satu hal penting. 
Akan ada saatnya, sujud pun menjadi sangat berat. Jalan mulai melambat. Tubuh tak lagi kuat. 

Pertanyaan yang membuat matanya basah,

di usia muda ini apa saja yang sudah ia perbuat? Selagi mampu selagi sempat?

Ia membuat mata saya basah pula.

credit picture here

Friday, 24 February 2012

Lebih Baik Menginspirasi daripada Menginstruksi

03:53 4 Comments

Saya makin percaya ngomong itu memang jauh lebih mudah daripada bertindak, menyuruh lebih enteng daripada mencontohkan dan menginspirasi jauh lebih sulit dari sekadar memberi instruksi.

Semua ini berawal dari dua minggu lalu. Salah seorang kawan saya meminta saya membantunya menjadi narasumber pelatihan jurnalistik di salah satu MAN di Jombang. Saya merasa bingung, dengan latar belakang keilmuan saya yang ngga ada jurnalistiknya sama sekali ini, saya mau kasih materi apa?
“Blog.” Teman saya itu menjawab dengan ringkas.
“Kita arahkan jadi semacam citizen journalism gitu, Nad”. Oke, saya setuju. Materi soal jurnalistik termasuk citizen journalism itu bagian kawan saya sementara saya cukup soal blog. Tapi pengetahuan blog macam apa yang akan saya bagi?
Akhirnya, saya membagikan pengalaman ngeblog beserta keuntungannya dan juga motivasi biar para peserta pelatihan itu rajin ngeblog. Di akhir materi saya meninggalkan contact person berupa akun twitter.
Selang beberapa hari, ada satu peserta yang mengontak saya via twitter

Saya merasa malu, blog saya ini rasanya sudah lama sekali jamuran. Saya malu, mengajak mereka rajin ngeblog sementara saya masih mengeluh dengan tugas kuliah yang bejibun padahal tiap hari juga ngetwit terus.
iya, saya sendiri susah konsisten :(


saya juga sering kehilangan semangat :(



#notedToMySelf
Terima kasih ya adek-adek, setiap ingat kalian saya jadi ingat untuk ngeblog. 

Saya jadi sadar lebih baik bertindak daripada sekadar bicara, lebih baik mencontohkan daripada menyuruh dan lebih baik menginspirasi daripada menginstruksi.

Thursday, 26 January 2012

Kesan Pertama begitu menggoda...

03:14 2 Comments

Semua ini bermula dari rasa ingin tahu saya, saya ingin tahu bagaimana kesan pertama tentang saya yang melekat di benak kawan-kawan dan kerabat saya. Karena rasanya aneh kalau tiba-tiba nodong tanya kesan pertama, saya akhirnya membagi kesan pertama saya dulu tentang mereka, tentang orang yang ingin saya ketahui bagaimana kesan pertamanya terhadap saya.

Diluar dugaan saya, hashtag #kesanPertama yang saya buat merembet luas dan menarik perhatian teman-teman saya dan mereka akhirnya ikut bermain juga, membagikan kesan pertama mereka ke teman-teman lain.

Menjadi menyenangkan ketika pada pertemuan pertama ada yang mengira saya pendiam sementara yang lain bilang saya heboh, ada yang bilang saya alim, ada yang bilang saya keras kepala. Sampai akhirnya ada satu follower saya yang menyimpulkan saya itu kompleks karena keberagaman kesan pertama terhadap saya.

Buat saya, mengetahui kesan pertama menjadi semacam flash back pertemuan pertama saya dengan orang tersebut. Menyenangkan mengingat kembali bagaimana teman-teman saya mengingat kini yang berbeda dengan kesan pertama yang mereka tangkap. Meskipun beberapa dari mereka menangkap kesan yang sampai sekarang masih ada. Hehe..

Dan ternyata yang lebih menyenangkan lagi ketika tahu ’permainan’ saya ini dinikmati oleh yang lain. Teman-teman TC *istilah untuk jurusan saya, teknik informatika—yang waktu pertama kali lahir bernama teknik computer—ITS* termasuk senior akhirnya ikut berbagi kesan pertama juga. Juga teman SMA saya yang akhirnya membagikan kesan pertamanya ke kawan-kawan kampusnya. Begitu juga dengan kawan blogger yang akhirnya menyebarkan virus kesan pertama itu juga.

Satu yang bisa saya simpulkan, satu pertemuan yang singkat seringkali tidak cukup untuk mengenal seseorang. Seni bersosialisasi adalah proses mengenal orang-orang dalam lingkungan kita hingga kita mengenal betul dan bisa terikat secara emosional. Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari kesan pertamanya saja. Setiap pribadi itu memiliki keunikan masing-masing yang selalu menarik untuk dikulik. Itulah kenapa saya suka berteman dengan banyak orang.

Sebisa mungkin, saya menjadi diri saya sendiri sejak pertemuan pertama dengan siapa saja yang saya temui. Soal kesan pertama yang bisa berbeda seringkali itu karena situasi. Tapi, kalau sampai kesan pertama itu masih diingat, berarti kita cukup dengan dengan orang itu. Daaan, semakin banyak yang mengingat kesan pertama dengan kita artinya semakin banyak orang yang merasa memiliki kedekatan emosional dengan kita.

Nah, apa kesan pertama anda terhadap dauw-druppels? :D

Tuesday, 3 January 2012

Alien yang Terjebak di Bumi

00:02 7 Comments
Aku percaya kita adalah dua alien yang dikirim oleh Tuhan ke Bumi untuk mengekspansi wilayah masing-masing. Kita adalah dua alien dari dua planet berbeda yang tidak sengaja bertemu di Bumi. Aku dari Merkurius, yang panas dan perlu waktu revolusi cepat. Sementara kamu adalah mahluk Neptunus, dingin dan jauh.

Anehnya dari dua agen yang tersasar ini, sinyal kita menangkap keberadaan masing-masing dan voila! Bertemulah kita dan pertemuan pertama kita sangat tidak manis.

Berdebatlah kita atas semua perbedaan yang kita miliki, atas semua cara pandang yang tidak bisa seragam, atas kebiasaan yang sukar disatukan, atas kekeraskepalaan masing-masing.
Berseterulah kita dengan bahasa yang oleh para mahluk bumi dianggap terlalu mengawang-awang. Pembicaraan berat, kata mereka. Ini soal idealisme, kataku. Ini mempertahankan prinsip yang benar, ujarmu. Ini soal menjadi Merkurius yang bergerak cepat dan hangat, debatku. Ini tentang perencanaan yang makan waktu dan sikap hangat yang tidak diumbar disembarang tempat, sanggahmu.

Lalu pada akhir perdebatan, kita akan mengagungkan planet masing-masing dan bersikeras bahwa planetmu—menurutku—adalah planet yang menyedihkan karena begitu dingin dan planetku—menurutmu—adalah planet yang sebetulnya dengan panas yang dimiliki bisa membakar apa saja.

Perjalanan sejauh ini ke Bumi sebenarnya nyaris membuahkan hasil, sebelum kamu datang. Semua menjadi kacau dan aku justru sibuk membuktikan bahwa Merkurius adalah yang terbaik. Tak ubahnya kamu, melupakan urusan ekspansi dan mencari justifikasi bahwa Neptunus adalah yang paling mumpuni.

Hingga Bumi akhirnya utuh melakukan satu revolusi dan kita mulai menyadari.
Bahwa kita sebenarnya adalah yin dan yang. Sepenuhnya berbeda namun melengkapi, tidak sepaham karena kita ingin hidup yang beragam. Rajin berseteru karena kita memang berusaha menjadi padu. Selamanya Merkurius adalah Merkurius, Neptunus tetap Neptunus. Namun, begitu bertemu tak ada lagi aku atau kamu, yang tersisa hanya kita.


Dua alien aneh yang bersyukur terjebak ke Bumi dan ingin menetap disini.