Senja itu, setelah ikut sholat jamaah di masjid terdekat, dia datang dengan mata yang sembab.
Ada sesuatu. Dia bukan seorang yang cengeng.
Ada yang menyentuh hatinya. Entah kasar, entah halus.
"Pilek?", tanya saya. Saya mencoba berbaik sangka. Senja temaram membuat wajah dan mata sendunya samar. Ia menggeleng dan menyuruh saya bergegegas. Kuliah segera dimulai, ia tak ingin saya terlambat.
Sepanjang jalan ia diam dan itu membuat saya tak tahan untuk bertanya.
"Ada apa?"
Matanya kembali sembab.Namun, ia memulai bercerita.
Saat jamaah tadi, seorang tua berada di sampingnya. Dan ia teringat satu hal penting. Ada sesuatu. Dia bukan seorang yang cengeng.
Ada yang menyentuh hatinya. Entah kasar, entah halus.
"Pilek?", tanya saya. Saya mencoba berbaik sangka. Senja temaram membuat wajah dan mata sendunya samar. Ia menggeleng dan menyuruh saya bergegegas. Kuliah segera dimulai, ia tak ingin saya terlambat.
Sepanjang jalan ia diam dan itu membuat saya tak tahan untuk bertanya.
"Ada apa?"
Matanya kembali sembab.Namun, ia memulai bercerita.
Akan ada saatnya, sujud pun menjadi sangat berat. Jalan mulai melambat. Tubuh tak lagi kuat.
Pertanyaan yang membuat matanya basah,
di usia muda ini apa saja yang sudah ia perbuat? Selagi mampu selagi sempat?
Ia membuat mata saya basah pula.
credit picture here
ah betul ... semakin tua umur kita semakin kita sadar bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dipertahankan ... :(
ReplyDeletesebaiknya sejak dari muda kita harus lebih bisa bermanfaat,agar ketika sudah tua kita bisa tenang
ReplyDelete