Dari
milyaran manusia di dunia, hanya ribuan orang yang pernah berinteraksi
denganku. Dari ribuan orang itu, hanya seratus yang memiliki kenangan menarik.
Dari seratus orang, hanya satu orang yang dengannya setiap kenangan selalu
kurindukan. Kamu.
Kamu, yang
menemaniku sejak aku hanya satu sel di rahim Emak. Kamu, yang menemaniku
bersama-sama melihat dunia pertama kali. Kamu, yang menjadikan kenangan masa
kecil penuh canda dan gelak tawa. Kamu, yang membuat sesengit apapun
perdebatan—seperti apakah mahasiswi hukum itu lebih keren dari mahasiswi
pertanian—menjadi layak dikenang.
Kamu dan
segala kenangan itu semakin kurindukan saat kita mulai berpisah beda kota untuk
menuntut ilmu yang berbeda. Kamu dan segala kenangan itu menusukku tepat di ulu
hati, setiap hari, dengan rasa rindu tak terperikan sejak kamu menghilang pada
suatu hari di Mei 98. Kata orang-orang kamu diculik, Emak dan Bapak panik.
Segala informasi terakhir tentangmu kutelisik, tapi tak ada kejelasan.
Kini,
setelah kita bersama-sama lagi di tempat ini dan mendengar langsung darimu
bagaimana saat itu kamu disiksa hingga meregang nyawa hanya karena mencoba
melahirkan reformasi, benakku penuh tanda tanya, apakah mereka yang menyiksamu
adalah manusia tanpa kenangan dengan orang yang selalu mereka rindukan? Tak
pernah ada jawaban pasti, hanya kulihat dari sini, Indonesia semakin mendung.
---
Sebuah cerpen yang saya ringkas menjadi 200 kata :)
No comments:
Post a Comment
jangan cuma baca, tapi komen juga ya