Friday, 13 December 2013

Taman

05:10 0 Comments
Keukenhof, sebuah tempat yang kamu janjikan. Sebuah tempat yang katamu selalu membuat kamu terlepas dari dimensi waktu. Tempat di mana kamu selalu merasa tak ada yang lain selain keindahan dan kedamaian. Sebuah tempat di mana bunga-bunga mekar begitu indahnya.

Kamu selalu ingin membawaku ke taman-taman indah di seluruh dunia, seperti Keukenhof itu. Karena itu tak lelahnya kamu bekerja, mengumpulkan uang yang kamu rasa tak pernah cukup untuk bisa membawaku melihat taman-taman indah itu. Kamu merasa cara mencintai terbaik adalah dengan menunjukkannya semaksimal yang kamu mampu, dengan membawaku ke taman yang kamu puja itu.

Hingga akhirnya kamu terbaring di sini, sekarang, kelelahan dan sakit. Menatapku dengan pandangan sesal dan air mata yang kamu tahan. Karena itu, dengarlah sayang, sekali ini saja.

Cinta bukan soal ke mana kamu bisa membawaku, tapi soal di mana saja kamu bisa bersamaku. Cinta bukan soal sebagus apa rumah yang kamu bangun untukku, tapi seberapa mampu kita menjadi rumah bagi satu sama lain. Cinta soal menerima satu sama lain apa adanya dan merasa bahagia.

Kamu tak perlu membawaku ke mana-mana sayang, keberadaanmu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasakan kembali perasaan indah yang sejak pertama kali bertemu gagal kita terjemahkan itu. Kamu, dengan caramu yang sederhana saja, membuatku selalu bersyukur kita bersama.

Cinta bukan bagaimana kamu membahagiakanku atau aku membahagiakanmu, cinta adalah kita sama-sama merasa bahagia, sayang. Cinta bukan kehilangan waktu untuk membahagiakan yang lain, cinta adalah merasa bahagia ketika menghabiskan waktu bersama.

Jadi sayang, tak perlu lagi kau kejar Keukenhof, taman sejuta bunga yang katamu akan membuatku bahagia. Cukup nikmati senja berdua denganku, di teras rumah kita. Menikmati bunga-bunga yang sedang bermekaran di taman kecil kita. Memang jumlahnya terbilang hitungan jari, namun bukankah waktu bersamalah yang tak bisa kita beli?

Berjanjilah sayang, selepas kau sembuh nanti, kau akan mencintaiku dengan sederhana. Karena aku pun, mencintaimu apa adanya dan itu sudah sangat membuatku bahagia. Berjanjilah sayang, kita akan menghabiskan waktu berdua, tak perlu ke mana-mana. Cukup di taman depan rumah kita sambil menikmati sajak yang pernah kamu bacakan untukku.



Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding perdamaian
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang
Kecil, penuh surya taman kita

tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan pendek ini, saya bacakan saat Festival Seni Surabaya akhir November lalu. Terinspirasi dari puisi di atas. Taman - Chairil Anwar.

Wednesday, 27 November 2013

Panataran Ekspress, Journey to Malang.

02:30 0 Comments
Last week was the first time for me to go to Malang by train. Actually, there are two options if you want to go to Malang from Surabaya, Panataran or Panataran Ekspress. The difference between thewe two are price and time. Panataran is only cost 4000IDR, meanwhile Panataran Ekspress is much more expensive, 20000IDR. But this price is worthed, you just need 2 hours to travel from Surabaya to Malang by Panataran Ekspress. That's why, I choose Panataran Ekspress.

My Tickets
On my first way, Surabaya - Malang, I was a bit dissapointed because the train was late due some technical problem. So I spend more than 2 hours on train. But, I enjoyed because it wasn't crowded. Here are some looks on the train.

Source power, you can use your laptop or smart phone with no worries of lack power

Usually, when I travel, I am worried about electricity since my smartphone battery can drop so fast when I am using it along the way. Altough I have power bank, I feel assured more when there is an power source (socket outlet) so I can charge my phone. I found two socket outlets in every seat, that makes me enjoy the train more!

The Air Conditioner is also good enough. Usually, in Indonesia when you travel using public transportation in economy class, there is no AC. But PT KAI ( Indonesia company that manage train) now has new rule, economy class also has AC.

If you go to Malang or to Surabaya using Panataran Ekspres on weekdays, there are only few passengers. But on the weekend, all seats are full.  So, I suggest you to buy the ticket one week before if you want to use this train. Don't buy it on the same day as you travel.

Here's the train schedule.
From Surabaya Gubeng Station 7.10 AM, 12.25 AM and 5.45 PM Everyday
From Malang Kota Baru Station 4.30 AM, 9.50 AM, 3.10 PM Everyday
Promotion Banner
Panataran Ekspres
If you want to go to Malang from Surabaya, I reccomended this to you! Happy traveling!

Friday, 25 October 2013

200 Kata

07:37 0 Comments
Dari milyaran manusia di dunia, hanya ribuan orang yang pernah berinteraksi denganku. Dari ribuan orang itu, hanya seratus yang memiliki kenangan menarik. Dari seratus orang, hanya satu orang yang dengannya setiap kenangan selalu kurindukan. Kamu.

Kamu, yang menemaniku sejak aku hanya satu sel di rahim Emak. Kamu, yang menemaniku bersama-sama melihat dunia pertama kali. Kamu, yang menjadikan kenangan masa kecil penuh canda dan gelak tawa. Kamu, yang membuat sesengit apapun perdebatan—seperti apakah mahasiswi hukum itu lebih keren dari mahasiswi pertanian—menjadi layak dikenang.

Kamu dan segala kenangan itu semakin kurindukan saat kita mulai berpisah beda kota untuk menuntut ilmu yang berbeda. Kamu dan segala kenangan itu menusukku tepat di ulu hati, setiap hari, dengan rasa rindu tak terperikan sejak kamu menghilang pada suatu hari di Mei 98. Kata orang-orang kamu diculik, Emak dan Bapak panik. Segala informasi terakhir tentangmu kutelisik, tapi tak ada kejelasan.

Kini, setelah kita bersama-sama lagi di tempat ini dan mendengar langsung darimu bagaimana saat itu kamu disiksa hingga meregang nyawa hanya karena mencoba melahirkan reformasi, benakku penuh tanda tanya, apakah mereka yang menyiksamu adalah manusia tanpa kenangan dengan orang yang selalu mereka rindukan? Tak pernah ada jawaban pasti, hanya kulihat dari sini, Indonesia semakin mendung.

---
Sebuah cerpen yang saya ringkas menjadi 200 kata :)

Saturday, 12 October 2013

Gap

04:41 0 Comments
Perjalanan Magelang - Ngadirejo pagi tadi cukup melelahkan. Setelah semalaman antri di pool Eka dan baru mendapat seat jam 12, duduk selama 9 jam kemudian berdiri selama 100 menit di bus yang penuh sesak itu jelas melelahkan. Namun demi bertemu keluarga dan ponakan tersayang, saya kuatkan diri dan ingat niat awal. Menghabiskan waktu idul adha bersama kelurga.

Sewaktu sampai di terminal lama Temanggung, ada dua penumpang naik. Seorang pelajar dan ibunya, setelah berbelanja laptop. (Dari pengamatan saya, soalnya si anak bawa kardus laptop dan tas laptop baru). Mereka berdiri tepat di belakang saya, dan mau tak mau saya pun mendengar obrolan mereka.

Si anak, yang nampaknya pelajar SMA (atau SMK?) bercerita soal banyak hal ke Ibunya. Si Ibu juga bertanya dengan penuh antusias. Namun, saya rasa ada gap dalam percakapan mereka.

Ibu: Jadi kamu ngga libur habis semesteran?
Anak: Ya ngga lah bu, ini kan midsemester. bukan semester.

Dari percakapan di atas, si anak menyampaikan dengan gaya ih-ibu-gimana-sih-namanya-midsemester-mana-ada-libur. Si Ibu yang nampaknya waktu jaman bersekolah dulu belum mengenal istilah midsemester, manggut-manggut saja.

Percakapan berlanjut waktu si anak bercerita tentang ulangan di kelas yang mudah karena soal-soalnya sudah pernah diajukan.

Ibu: Oh berarti itu tinggal fotokopi aja?
Anak: Ngga lah, tinggal copy paste aja.

Si Ibu, kembali terdiam dan manggut-manggut saja. Dari pengamatan saya, si Ibu nampaknya sama seperti umumnya ibu-ibu di daerah temanggung. Ibu rumah tangga yang membantu suaminya bekerja di sawah, tidak mengenyam pendidikan tinggi ( tingkat pendidikan di Temanggung memang masih rendah). Hal ini saya simpulkan dari percakapan Anak-Ibu itu yang ketika sudah mencapai gap, obrolan terhenti.

Anak: Jadi waktu ulangan kemarin itu ada yang bawa tablet gitu, curang banget coba masa buka google.
Ibu: .....

Untuk kita, yang telah terbiasa dengan teknologi, merasa tak ada yang asing dengan cerita-cerita si anak. Namun, bagi Ibu yang tak pernah bersentuhan dengan teknologi, tentu dunia si anak ini menjadi dunia asing yang penuh dengan istilah-istilah asing-asing.
Kita sudah tak asing lagi dengan istilah google, tapi untuk Ibu yang tak pernah mengecap internet, tentu Google terasa asing sekali. Yang saya sedihkan adalah cara si anak menyampaikan ke ibunya, seolah ibunya paham dan kalau si ibu ngga paham ya salah sendiri.

Gambar diambil di sini


Mendengar percakapan-percakapan itu, saya menilik ke dalam diri saya sendiri dan juga bagaimana saya berinteraksi dengan Ibu soal teknologi. Dan juga menerawang ke depan, bagaimana kelak saya dan anak saya berinteraksi dengan teknologi.

Tak bisa dipungkiri, perbedaan jaman melahirkan perbedaan teknologi. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang tak hanya linear, tapi quadratic. Berkembang pesat. Mungkin kelak, laptop, modem, google adalah hal usang untuk jaman calon anak saya.

Semoga gap itu tidak menjadikan saya merasa lebih dari orang tua, dan semoga kelak gap itu tidak memisahkan saya dan anak-anak saya kelak di jaman mereka :)

Sunday, 1 September 2013

The Beautiful Sunrise of Posong

00:47 0 Comments
Ibu saya adalah tipe Ibu yang tidak suka berada di luar rumah kecuali ada alasan seperti bekerja, silaturahmi, kebutuhan keluarga dan mengajar. Nyaris Ibu tidak pernah mengajak kami untuk bepergian dengan alasan jalan-jalan semata. TIDAK PERNAH.

Suatu hari, saat Ibu sedang menelepon saya, Ibu bercerita penuh antusias mengenai tempat wisata yang sengaja Ibu kunjungi bersama kakak saya, saat subuh. Jadi yang membuat saya kaget adalah, Ibu, Wisata, dan Antusias.

Waktu pulang kemarin, Ibu pun mengajak saya ke tempat tersebut yang tentunya dengan senang hati saya setuju. Kami berangkat tepat setelah sholat shubuh menuju Posong. Mana, Nad? Posong. Posong adalah gardu pandang di lereng Sindoro untuk menikmati sunrise di kecamatan Kledung, Temanggung.

Dari rumah saya di Ngadirejo Temanggung, Posong bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit. Kira-kira ada jalan makadam sepanjang 3 KM sebelum sampai Posong. Lalu seperti apakah sunrise disana? Pictures below will tell you how beautiful the sunrise was. No more word needed. :)
Sunrise

Sumbing Mt and Merbabu Mt.

another sunrise
Sumbing Mt.

Sumbing yang Gagah

Blue Sky above Sindoro Mt.

Me and Ibu

Tertarik ke Posong? Silakan tinggalkan komentar :)

Thursday, 1 August 2013

Kabut dan Hari Esok

12:11 0 Comments
Kamu pernah berada di lereng gunung menjelang subuh? Jika kamu pernah, maka kamu akan merasakan bagaimana rasanya memandang ke depan penuh kabut. Kamu tak tahu apa yang ada di depanmu. bisa saja kamu berada di jalur yang tepat, bisa saja kamu sedang berada di tepi jurang dan harus putar balik. Kamu tak pernah tahu. Kamu harus menunggu sampai matahari benar-benar di atas kepala untuk mengusir kabut-kabut itu agar kamu tahu tepatnya di mana kamu berdiri dan kemana kamu akan melangkah.

Begitulah masa depan. Sehebat apapun kita merancang, Tuhan dengan keajaibannya selalu penuh kejutan. dan kejutan kali ini bernama kabut itu. Kamu punya waktu terbatas untuk melanjutkan perjalanan. Kamu tak bisa selamanya menunggu hingga matahari mengusir kabut yang menyelimuti karena kamu tahu kamu tak bisa selamanya menuggu, perbekalanmu terbatas, pun waktumu. Kamu harus melangkah ke depan, dengan penuh yakin kamu tidak melangkah ke jurang. Ya benar, itu terdengar seperti mengadu nasib. Ah bukan kah hidup memang penuh dengan peraduan? Termasuk hari esok.

Dan saat ini, kamu tahu betul apa yang kamu butuhkan. Rekan perjalanan, mungkin bukan seseorang yang pernah melalui jalur ini, tapi seseorang yang mau mendengar dan mau menggenggam tanganmu seerat mungkin saat kamu berada di tepi jurang. Seseorang yang tak akan membiarkamu jatuh, seseorang yang mau menemani berjalan dalam kabut.

Ya, kamu sadar. Kamu tidak butuh matahari, kamu butuh keberanian untuk terus berjalan. Dan rekan seperjalanan terasa begitu mewah saat kamu berada di tempat yang begitu asing, tempat yang belum pernah kamu jejaki. Hari Esok.

Monday, 8 July 2013

Resonansi

20:06 0 Comments
Saya tak pernah percaya pada telepati koneksi batin kecuali dengan satu orang, Ibu. Saya rasa itu wajar, karena hubungan ibu dan anak adalah hubungan darah, raga dan batin. Tapi bagaimana bisa dengan seseorang yang baru saya temui dua tahun terakhir dalam umur saya yang sudah 21 tahun saya bisa memilikinya. Atau lebih tepatnya, kamu bisa merasakannya?

Saya percaya alam dengan segala rahasia dan ritmenya, punya frekuensi yang sering kali tidak kita sadari. Seringkali kita tidak sadar kita berada pada frekuensi yang sama, batin kita berbicara dan voila! Beresonansi. Resonansi dari buku fisika adalah dua benda dengan frekuensi yang sama akan bergetar jika salah satu dari benda lain bergetar. Seperti itukah juga kamu?

Seperti itukah juga kamu?Ada sesuatu yang bergetar di hatimu saat saya membatin tentang kamu meski saya tak berkata apa-apa dan kita terpisah ratusan mil?

Dunia punya banyak misteri. Dan kamu adalah salah satu misteri besar yang pernah saya temui.

Thursday, 4 July 2013

Long Way to Minions

22:38 0 Comments
Apa yang akan kamu lakukan jika kamu sedang berada jauh dari kota, dengan akses jalan yang jelek sampai taksi pun enggan menuju tempatmu dan kalau naik angkutan umum butuh waktu lebih dari sejam tapi kamu pengen Despicable Me 2?

Jawabannya sederhana. Ya udah, nonton aja.

Itulah yang kami berempat lakukan kemarin malam. Setelah saya dan Luluk benar-benar tersihir oleh Banana Song para Minions (iya kami sampai hafal liriknya, hafal banget) kami mulai meracuni Dadang dan Aji untuk nonton Despicable Me 2 dan berhasil. Mereka kepingin juga.

Setelah pulang kantor, makan dan ganti baju kami bergegas berangkat ke BSD City, kota terdekat. Naik apa , Nad? NAIK ANGKOT LAH. apalagi. Perjalanan mulai jadi berat ketika jalanan macet. Let's me describe to you. Jalanan Cicangkal Serpong itu rusak parah dan tiap hari dilewati truk-truk pengangkut pasir dari Serpong menuju Jakarta. Nah, how lucky we are, kemarin adalah saat ada satu truk tronton mogok dan jalanan macet parah. Kami terjebak, supir angkot bete dan menyuruh kami pindah angkot. Kami pindah angkot dan next supir angkot bete juga. Pupus sudah harapan kami untuk nonton DM2, memutuskan balik ke LAPAN saat next supir angkot ternyata memilih jalan alternatif menuju Prancis, Perempatan Cisauk, tempat dimana kami harusnya turun dan ganti angkot lagi. Setelah nego, ternyata next supir angkot menawarkan untuk mengantarkan kami sampai ke Teras Kota, mall tempat kami akan nonton. setelah nego, jatuh harga 50ribu.
Sorry for bad picts, diambil dari atas jembatan penyeberangan :D

Itu angkot apa taksi, Nad? Iya itu angkot -__-"

Dan ketika lewat jalan alternatif, ternyata jalanan yang kami tempuh bener-bener alternatif. Sempit dan melewati perkampungan. Yang serem adalah ketika di jalanan super sempit itu, angkot kami papasan dengan angkot lain. supir angkot menepikan angkot ke sebelah kiri yang saat itu saya sadar, sebelah kiri adalah lereng tanpa pembatas jalan dan jarak kami dari lereng itu kurang dari 30cm.

Tapi selamat kan, Nad? Alhamdulilah iya, buktinya ini masih bisa posting di blog.

Sesampainya di Teras Kota dan tolah-toleh di Blitz Megaplex karena cari tempat jual tiket (this is our first time on Blitz, maklum di Surabaya cuma ada XXI), kami antri juga dan antrian sudah mengular parah. Kami sudah kehabisan tiket yang tayang jam 19.40 karena hanya tersisa baris paling depan, akhirnya pilihan jatuh pada DM2 3D jam 20.20. Tadinya agak males beli tiket 3D karena lebih mahal, tapi ternyata ngga nyesel beli tiket 3D.
Lumayan dapet seat belakang meskipun ngga di tengah :)


Sepanjang film, saya dan Luluk nggak bisa berhenti ketawa. LUCU. LUCU BANGET. Apalagi kalau bukan minions. Apalagi pas diakhir film ada lagu super lucu, Underweaaaar... Apakah itu? tonton sendiri saja. :D

Kalau dari segi cerita, menurut saya cerita lebih kuat di Despicable Me. Despicable Me 2 rasanya bener-bener menjual kelucuan dan ketololan para Minions dan itu ngga salah karena memang alasan pengen nonton DM2 ya karena Minions. Jadi meskipun plot ceritanya sangat tertebak, karena kelucuan minions I give 8 out of 10 stars for Despicable Me 2.


Monday, 1 July 2013

Cicangkal, Nearest Town

01:37 0 Comments
If you have read my previous post, you'll know that I got an internship on LAPAN. So what is LAPAN and why I choose LAPAN?

LAPAN is an abreviation for Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, National Aeronautics and Space Agency. If you go to the website http://www.lapan.go.id/, you can read a brief history about LAPAN.
On 31 May 1962, Astronautics Committee formed by the First Minister of Indonesia, Ir. Juanda (as Chairman of the Board Flight RI) and RJ Salatun (as the Secretary of the Board Flight RI).
22 September 1962, the establishment of the Scientific and Military Rocket Project Early (PRIMA) Airforce affiliates and ITB. Successfully created and launched two rockets following Kartika series telemetry.
Dated 27 November 1963, the National Aeronautics and Space Agency (LAPAN) was established by Presidential Decree No. 236 of 1963 on Space agency. 
So, what's the researcher doing on LAPAN? Development and utilization of remote sensing technology, utilization of atmospheric science, climate and space, Development of aerospace technology and National aerospace policy development. 

Wait a minute, Nad. Aren't you an Informatics Engineering Student, Nad? What are you doing there?

Believe me, with this major, I can go anywhere because nowdays, all companies need IT :)
So what will I do here exactly? I still don't know yet. I write this post while I am waiting for my internship preceptor. After we meet, I'll know exactly what will I do.

So before I talk too much about my internship, I'll tell you about LAPAN's surrounding. LAPAN is located administratively on Bogor. Rumpin Sukamulya Bogor. But, it is so far from Bogor, and near from Tangerang. That's why my last station was Serpong in Tangerang, not Bogor.

On my previous post, I've talked about how the road was. How long it was. And when I said it's far, I really mean it. It's far from anywhere. Once more, F A R. To go to the nearest minimarket, I should take angkot first, only one food stalls and I bet I'll take all my breakfast, lunch and dinner there. So, when all of my friends are busy posting about their 'holyday' on Jakarta, I'm here busy searching for the nearest minimarket and food stalls :-D



But I think that's good, because actually I don't like crowded place. (Jakarta is too crowded for me). I think, LAPAN is right place for meditation since it is sooooooo quiet. :D
Guest House. Me and Luluk stay here for a month.
Well, since we arrived on Saturday while our internship starts on monday, we had Sunday to see around. Then we decided to the nearest town. Cicangkal. We bought things we need and also we go to the minimarket to fulfill our logistic.



Cicangkal Tradiotional Market
Aji also want to cut his hear to make him looks natty. We found the nearest salon from the market. Unfortonately, the 'hair stylist' was working alone while babysit her baby. Her Baby, named Apin, also called Aji as, "Papah... Papah..." :-D We never know that you have a son here, Ji :)))

Apin started to fret and cried. His mother change his diaper, but Apin still cried. Finally, Luluk offer to babysit Apin and the 'hair stylist' could continue her work.
Aji, feels handsome

Apin and Luluk
 After got his hair cutted, Aji and us decided to have a lunch on cafetaria and these are all we got for lunch.
Rp15.000 for meatball soup and tropical fruit soup
 After that, we went to minimarket. bought some stuffs and snack, and back to LAPAN. We had to wait for about 30 minutes on dusty road for Angkot to bring us back to LAPAN.
Aji and Dadang in front of MESS

Sunday, 30 June 2013

Padamu

08:24 0 Comments
Padamu, hati ini diam-diam lelah dan ingin mencari jalan pulang
Padamu, kata-kata yang berserakan telah kukumpulkan untuk suatu hari kuserahkan menjadi sekumpulan jurnal tebal
Padamu, kata dan hati mengkristal
Padamu, rinduku kian bebal.
Rinduku kian mengental.






A Long Road to Rumpin

08:11 0 Comments
Seorang gadis dengan satu tas ransel di punggungnya membawa kopernya dengan setengah berlari di tangga stasiun Tanah Abang. Ia memburu waktu, commuter berangkat sebentar lagi dan koper dan tasnya yang berat itu jelas tak bisa lari sendiri. Beruntung , she could make it on time. Tepat ketika kereta tiba, ia tiba di stasiun dan bergegas memasuki commuter bersama teman-temannya yang telah menunggu dengan cemas.
Sepuluh menit sebelumnya, gadis itu masih duduk manis dalam mobil ber AC dan terjebak dalam macetnya Jakarta yang benar-benar gila. Sembilan menit sebelumnya, gadis itu memutuskan untuk jalan kaki, lebih tepatnya berlari, kemacetan Jakarta sudah mulai menggila. Kakak sang gadis tak bisa berkata tidak. Waktu sudah memburu. Jadilah gadis itu berlari dengan satu tas selempang hijau yang sudah buluk, tas ransel yang berat dan menyeret kopernya yang nyaris pecah karena penuh barang. Di antara abang-abang tanah abang, bajaj yang geyal-geyol, pasar tumpah di trotoar jalan dan angkot yang ngetem seenaknya, gadis itu berlari.
Setibanya di tanah Abang, kawan-kawannya yang baru saja tiba dari Surabaya dengan kereta—belum sempat mandi tentunya—segera menuruni tangga. Commuter sudah tiba. Penumpang tumpah ruah dimana-mana.
Pertama kalinya naik commuter gadis itu dan kawan-kawannya bersyukur. Ber AC dan bisa duduk. Lebih dari cukup untuk perjalanan melelahkan dengan kemacetan Jakarta yang melatih kewarasan dan kesabaran.
Tiga puluh menit kemudian, commuter sampai di stasiun tujuan. Serpong. Perkenalkanlah mereka, Nada gadis yang berlari dengan menyeret kopernya, Luluk, Aji dan Dadang. Mereka tiba di serpong, membawa kembali tas mereka yang penuh, menuruni tangga dan langsung girang begitu menemukan indomaret di depan stasiun. Mereka kepanasan dan kehausan. 
Setelah ‘menggembel’ di depan minimarket, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Menuju jalan raya dan mencari angkot dengan warna putih oranye. Tujuan mereka sudah dekat, seharusnya. LAPAN. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional di desa Rumpin kecamatan Sukamulya Bogor. 
Rupanya jalan mereka tak semulus itu. I mean, literally, jalan menuju LAPAN rusak parah. Dengan truk besar yang mondar-mandir, jalanan itu berlubang dimana-mana, penuh debu dan tentunya panas. Setelah satu jam perjalanan penuh debu di Angkot, sampailah mereka di LAPAN tepat saat adzan dhuhur berkumandang.
Ratusan truk-truk besar yang hilir mudik

Pemandangan dari dalam angkot menuju  LAPAN

... dan jalanan yang rusak..



Fiuuuh...
Untuk sampai disini, mereka sudah melewati lima provinsi. Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan kini kembali sampai di Bogor. Dan ternyata sampai di LAPAN bukanlah akhir, itu hanyalah mula dari cerita-cerita mengejutkan lainnya..

Finally, LAPAN. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Thursday, 9 May 2013

Balekambang Beach

05:49 0 Comments
Last week, I and my friends went to Balekambang beach. It is located on Malang Regency, approximately 5 hours from Surabaya. Actually, the road was fine, but we were getting lost first because the Google Maps gave us the sorthest path but it was macadam. -__-" So we spent an hour to get back to the normal road.


View Unit Wisata Pantai Balekambang in a larger map



5 hours trip worthed, huh?
So, Let's see.

Actually Balekambang beach is beautiful. South coast with big waves and fairly long coastline. What makes Balekambang more special is the islands! So, there are some skerries and on one of the skerry there is shrine! Wohoooo, You may said that it is the Tanah Lot of Java * I know it is exaggerating*



Another fun was flying fox. Have you ever flied above the sea? I have. Haha. Here's the proof.
I'm flying!


But, unfortunetaly there are trashes anywhere. :'( They make the beach looks dirty. :'(

Overall, this beach is worthed to visit :) Don't hesitate to come! :)

Sunday, 21 April 2013

Cepatlah Sembuh

05:33 0 Comments
Ini soal kamu dan jarak yang sedang menjadi orang ketiga. Orang-orang lazim membahasakannya sebagai rindu, tapi aku merasa kata itu tak lagi cukup sepadan dengan yang terjadi. Di sini, di hati. Ah, tentu kamu lebih tahu. Karena seperti yang selama ini sudah kita lewati, kamulah yang paling mengerti.

Ini bukan soal aku yang tak bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Pun sebelum kamu datang, aku sudah mandiri. Ini soal aku yang tak bisa menemani, saat kamu lelah dan lemah. Saat kamu sakit dan gelisah. Saat keadaanmu membuatku khawatir dan menangis.

Kamu, cepatlah sembuh. Begitu banyak hal sudah menunggu untuk kamu sentuh. Hatiku salah satunya. :)

Thursday, 4 April 2013

Sebuah Rumah Bernama Kita

06:11 0 Comments
Dia baik. Kami berakhir baik-baik.

Terdengar klise, saat saya berulang kali mendengar atau membacanya soal alasan ketidakcocokan para publik figur. Pada titik ini, akhirnya saya sadar, segala yang klise itu tak sepenuhnya klise. Saat kita berada pada titik yang sama dan tak tahu bagaimana menjelaskan titik itu dengan nalar, dengan logika dan kalimat sederhana.

Bukankah dua orang yang saling menyayangi dan sama-sama mengetahui fakta itu bisa menjalin hubungan dengan baik? Biasanya begitu, di akhir roman picisan, ketika si tokoh menyatakan perasaannya dan lawannya memiliki perasaan yang sama itulah akhir dari sebuah cerita bahagia. Happily ever after.

Benarkah begitu?
Manusia yang begitu kompleks, tak bisa hanya hidup dengan cinta semata. Ia butuh berbagai keseimbangan untuk bisa tetap hidup bersama manusia lain, untuk tetap menjadi mahluk sosial. Pengertian, menerima, memahami, memaafkan, merelakan, toleransi dan berbagai kosa kota yang lazim kita dengar di pelajar Kewarganegaraan saat duduk di bangku sekolah. Hubungan dua manusia yang spesifik, lebih dari sekadar interaksi sosial. Interaksi intuisi, interaksi hati.

Jelas interaksi ini akan lebih kompleks dari sekadar interaksi sosial biasa. Lalu dimana masalahnya?
Seringkali dua orang baik bertemu, aku dan kamu, namun kita gagal menjadi kita.
Seringkali dua orang baik mencintai, namun gagal menerima satu sama lain.
Seringkali dua orang baik bersatu, namun gagal untuk tetap mempertahankan.
Yang paling menyesakkan dari itu semua adalah.
Seringkali dua orang baik bertemu, gagal menjadi satu namun tak bisa menyadari dan menerima hal itu kemudian tersesat dalam perasaan masing-masing.

Pada saat itu, bahkan GPS tak bisa membantu menemukan posisimu untuk kemudian pulang ke sebuah rumah bernama kita.




Thursday, 28 March 2013

Random Tought

06:56 0 Comments
When actually I have many things on my mind, but I don't know what suppose to share first. Oh, damn.  First, about my college life. I think, I become study-oriented one. Bad, huh? Feel like, I have no live except in class room and laboratory. Fiuh. I don't know wether it's trend or not, all assignment is about paper. Holy paper.

Actually I can share about Software Audit, about the Professor, the class, and so on. Oh, but I told you before, It's just a random post. Huhuhu..

Are you dissapointed reading this post? I am too. Fiuh.

Saturday, 2 February 2013

Dalam Pikir Perempuan. Dalam Hati Lelaki

08:31 3 Comments

Seringkali aku gagal membaca isyarat. Aku tak pandai menerjemahkan tanda yang tersirat. Aku tak mahir memahami tanda-tanda alam. Aku tak bisa mengerti kamu yang duduk disampingku namun diam. Mengapa para wanita harus begitu mengagungkan perasaan? Tak sadarkah mereka bagi kami itu adalah beban?

Seringkali aku tak bisa menyelaraskan hati dan pikiran. Aku tak pandai membahasakan dengan terus terang. Aku tak mahir memberikan tanda yang mudah terbaca. Aku tak bisa mengerti kamu yang begitu patuh pada logika. Mengapa para lelaki harus begitu kaku dengan logika? Tak sadarkah mereka itu membuat sikap mereka kepada kami menjadi tidak peka?

Aku sudah lelah menebak. Diammu selalu menjebak. Kukira ini karena aku telat datang, seperti hari lalu. Tapi bukankah ini belum lewat dari perjanjian kita yaitu pukul tujuh? Aku sudah memberikan penjelasan yang rinci. Aku sudah berusaha berkata tanpa menutup-nutupi. Kamu tetap tegak dalam diam dan sepi. Aku benci.

Aku sudah lelah diacuhkan. Sikapmu tiap kali aku diam selalu menjemukan. Kamu selalu gagal dengan segala tebakan dan aku terlalu letih untuk menjelaskan. Aku memahamimu kemarin karena datang terlambat, tapi hingga seharian kau berkabar pun tak sempat, emosiku berlipat. Kamu tetap tak menyadari, seolah itu bukan sesuatu yang berarti. Aku benci.

Aku diam.

Aku diam.

Diam selalu memberiku waktu lebih bernapas. Merasakan oksigen itu menembus paru-paru hingga meresap ke hati. Ada sejuk dalam sesak. Batinku bergejolak. Benarkah ia sepenuhnya tak tertebak? Benarkah ia tak bisa dipahami? Ini adalah jeda untuk memahami diri sendiri.

Diam selalu memberiku waktu merenung dan berpikir. Merasakan otakku yang nyaris dikomposisi oleh air. Apakah aku pantas marah karena ini semua terasa getir? Apakah hanya karena seharian tak berkabar, cintanya padaku tak lagi bergulir. Ini adalah ruang untukku berpikir.

Aku menoleh. Matanya basah. Namun senyumnya merekah.

Aku menoleh. Wajahnya nampak menyesal dan bersalah. Ia merengkuh namun tak mengeluh.

“Sayang, aku begitu sedih setiap kali kamu menangis. Aku merasa bersalah tapi tak tahu apa yang membuatmu begitu miris. Aku gagal memahamimu untuk kesekian kali. Lelaki yang tak peka ini, selalu gagal menunjukkan mencintai. Maafkan Aku”.

“Sayang. Perempuan selalu gagu dan merasa perlu menjaga diri untuk berterus terang hingga akhirnya hati sendiri menjadi korban. Harusnya aku bicara. Aku tak bisa diacuhkan seharian. Sayang, aku ingin perhatian. Sayang, maaf aku telah diam”.

Kami kemudian menyadari. Cinta tak hanya soal menyukai, tapi juga menerima kurang dan lebih, belajar memahami tanpa pernah letih, selalu bertahan dalam senang dan sedih. Cinta adalah menjadi manusia dengan hati saling berbagi namun akal tetap dijaga, tak peduli betapa menyebalkan orang yang kau cinta begitu ia tak ada hampa yang dirasa. Cinta adalah menerima dan berbagi. Menerima kelemahannya dan berbagi kelebihan kita.

Kami masih saling jatuh cinta. Terima kasih Tuhan Yang Maha Luar Biasa.