Tuesday, 17 August 2021

Perjalanan Mencari Rumah - Part 1

06:08 0 Comments
Mengapa kita perlu rumah?

Saya rasa ini kembali ke pelajaran ekonomi waktu saya masih SMP. Sandang, pangan, papan. Jelas rumah adalah kebutuhan pokok yang bersifat fisik. Namun, lebih dari itu saya rasa perjalanan mencari/membangun/mendapatkan rumah adalah soal perasaan pulang. Rasa selalu bisa diterima dan menjadi diri sendiri.

Saya sendiri, hingga detik ini, masih menganggap rumah saya adalah rumah di mana saya dibesarkan. Saya tetap memanggil rumah Ibu saya sebagai rumah. Apalagi memang di KTP dan KK masih tertera begitu. Kemanapun kaki saya ini melangkah, mau ke Magelang, Surabaya bahkan hingga ke Eropa, rumah saya tetap sama. 




Saya kemudian beruntung karena memiliki rejeki yang cukup untuk membawa ibu saya hadir untuk wisuda saya di Inggris. Kami sempat juga berziarah ke Marrakesh, ke makam ulama-ulama Islam lampau yang tersohor. Ada rasa yang berbeda saat itu. Saya sendiri juga pernah mengunjungi beberapa negara lain di Eropa, sebagai pelancong tentu saja. Tapi melancong ke negeri lain dengan Ibu membuat saya memiliki perasaan yang berbeda. Rasanya seperti di rumah. Raga saya memang tidak di rumah, tapi jiwa saya merasa tenang seperti di rumah. Ada Ibu. Rupanya yang membuat rumah begitu dirindukan adalah rasa pulang itu sendiri. Pulang ke pelukan Ibu. Rumah itu, semakin terasa magnet dan magisnya justru ketika saya secara fisik semakin jauh. 1 tahun saya di Inggris membuat saya semakin sadar, perjalanan saya jauh jauh hingga Eropa itu ternyata mengukuhkan bahwa saya selalu ingin pulang. Saya pergi bukan untuk menjelajah, tapi untuk mendapatkan nikmatnya rasa pulang.




Sampai akhirnya saya menikah. Saya dan suami memilih mengontrak rumah di kawasan Jakarta Selatan karena lokasi saya bekerja. Hingga hari ini, kami lebih sering menyebutnya kontrakan. Bukan benar-benar rumah. Mungkin, dalam benak kecil kami, kami merasa ini pun adalah tempat singgah, bukan tempat pulang seperti rumah. (Suami saya juga masih menyebut perjalanan ke Jember sebagai perjalanan pulang, sama seperti saya menyebut perjalanan ke Temanggung.)

Hingga akhirnya kami mulai berunding soal rumah ini. Apakah sudah saatnya kami memiliki rumah kami sendiri? Diskusi saya dan suami cukup panjang. Diskusinya mulai dari "wah, rumah ini nampak bagus" hingga "yuk kita pikirkan lagi rumah seperti apa yang kita cari". Cukup panjang. Untuk sesama perantau di Jakarta tanpa ada orang tua di Jakarta, memiliki rumah itu adalah hal besar yang kami benar-benar buta bagaimana memulainya. Tak ada peta untuk menuntun.



Kembali soal kebutuhan dasar, kami pun sadar betul untuk mewujudkan rumah ini harus dengan hal yang bersifat fisikal juga uang. (Okay, kita bisa berdebat panjang soal apakah uang ini nyata atau hanya konstruksi sosial yang disepakati bersama tapi agar tulisan ini tidak semakin panjang maka mari kita sebut uang adalah hal fisik).

Kami tentu membahas dengan sangat dalam soal finansial dalam urusan memiliki rumah ini, namun akhirnya di tengah perjalanan kami, kami sadar ada hal penting yang harus dibahas dan tak boleh luput. Rasa pulang, rasa aman, rasa diterima dan menjadi diri sendiri. Hal-hal semacam inilah yang sebenarnya membentuk kami menjadi individu dan menjadi jelas nilai-nilai apa yang penting untuk kami.

Kami kemudian berusaha untuk mengurrangi bias kami dalam pencarian ini dengan cara secara sadar menuliskan apa saja faktor yang penting menurut kami terkait rumah. Ini tentunya akan sangat berbeda dari satu individu ke individu lainnya. Tiap orang hidup dengan pengalaman dan nilai yang berbeda. 



Untuk kami sendiri, akhirnya kami menuliskan lokasi, harga, luas, air, banjir, akses, transportasi umum, lingkungan dan legalitas ini sebagai faktor yang akan kami nilai. Faktor mana yang lebih peting dari pada yang lain? Nah ini kembali ke soal rasa pulang masing-masing orang. Apakah pulang bagi kamu adalah rasa lega di rumah yang luas? Ataukah pulang soal segera tiba? Nah disini jarak dan luasan bisa berbeda. Kami berusaha menuliskan dan mengurutkan faktor faktor ini dalam menulis agar kami sadar betul bahwa pilihan kami itu rasional terlepas dari seberapa sentimentalnya rasa pulang itu sendiri.

Apakah mudah? Tentu tidak. Pencarian dari satu titik ke titik lain, rasa sudah cocok tapi ternyata legalitas bermasalah. Atau sudah cocok tapi lingkungan tidak mendukung. Banyak sekali dramanya. Belum lagi drama finansial yang menyertai. Nampaknya sudah jelas ya di Jakarta, harga tanah atau pun rumah itu memang bukan barang murah.

Kami sendiri banyak menghabiskan akhir pekan untuk survey dari satu lokasi ke lokasi lain. Rajin mencari informasi secara online atau pun melalui agen-agen. Atau sekadar berkeliling siapa tahu menemukan ada area yang cocok dengan kami.

Kalau prosesnya begitu lama hingga bertahun-tahun, kenapa kami tetap jalani? Sederhana, kami ingin rasa pulang yang melegakan. Kami ingin tiba atau pun tinggal di rumah di mana hati kami sreg betul, tentu jika harganya cocok adalah catatan besar dan penting ya.

Poin utama dari tulisan panjang ini adalah perjalanan membeli/mencari/memiliki rumah itu memang bukan sesederhana ingin memilih beli kopi apa untuk siang ini. Karena memang merupakan pengeluaran besar, maka waktu yang diperlukan untuk mencari dan menyeleksi sebaikanya tak sedikit.

Saya sendiri menuliskan ini di blog sebagai pengingat pribadi, bahwa rupanya hidup sudah membawa saya ke fase ini. Fase saya harus bisa membangun rumah kami sendiri. 

Ibuk, saya ingin pulang, tapi masih PPKM 😢.

Wednesday, 9 June 2021

Dear, 14-tahun Nada

21:08 0 Comments

 Halo, 14-tahun Nada

Kamu pasti sekarang sedang panas-panasan di lapangan sekolah, sore hari, latihan pramuka. Kamu juga pastinya menikmati sekali sibuk ini itu, sibuk di OSIS, persiapan lomba ini itu dan masih persiapan karena besok ulangan. Masih tetap harus ranking 1 kan? Aku, yang datang dari tahun 2020, cuma mau bilang. Nikmati semua itu. Nikmati semua kesibukanmu. Nikmati semua waktumu dengan teman-teman. Beberapa dari mereka masih berteman denganmu sampai sekarang, jadi sahabat baikmu. Kalian sudah tidak sesering itu bertemu, tapi setiap kali kamu pulang ke Temanggung (yep, benar, kamu tak lagi tinggal di Temanggung di tahun 2020) kamu bertemu mereka. Memang tak semuanya, tapi bukankah kamu di yang berumur 14 tahun ini tahu betul waktumu lebih nyaman untuk OSIS, persiapan lomba, latihan pramuka saja? Oh iya, yang kamu rasakan soal jatuh hati itu. Nikmatilah. Kenanglah rasa jatuh hatinya, kamu akan patah hati sih tak lama lagi. Tenang saja, di tahun 2020 kamu tahu cinta seperti apa yang utuh dan tak membuatmu rapuh. Patah hati akan membuatmu tangguh. Oh iya, jangan khawatir hanya soal jerawatmu dan kulit yang dekil karena kamu banyak panas-panasan latihan pramuka. Nanti ada banyak skin care kok di tahun 2020. Kamu perlu bilang ini ke dirimu sendiri, "I am enough and I love myself". Jangan terus-terusan minder karena jerawatmu ya. Kamu emang sih ngga secantik itu, tapi kamu punya kualitas diri yang lebih dari sekadar fisik. Percayalah. Oh iya, satu lagi. Kamu akan ketemu banyak orang yang lebih pinter dan kamu bisa belajar banyak dari orang-orang itu. Selalu lah merasa kamu bodoh, itu membuatmu tidak akan pernah berhenti belajar.


Kamu bisa nangis berhari-hari karena patah hati. Kamu bisa kecewa karena tak bisa beli hape seperti temanmu yang lain. Nanti ada saatnya kamu bisa beli itu semua dengan uangmu sendiri. Sekarang nikmati apa yang ada. Apa yang kamu punya. Apa yang kamu hadapi. Apa yang kamu miliki.


Kamu mungkin juga bertanya, apakah kamu sudah melakukan semua yang bisa kamu lakukan di umurmu sekarang? Iya. Kamu sudah melakukan yang terbaik, tak ada yang perlu diubah. Tak ada yang perlu disesali karena kamu di tahun 2020 ini tersenyum melihat kamu di usia 14 tahun. Semua lomba-lomba yang kamu menangkan, semua kegiatan ekstrakurikuler yang kamu ikuti, semuanya berarti. Semuanya bermakna, jika bukan membanggakan orang lain, paling tidak kamu di 2020 ini bangga sekali dengan dirimu yang 14 tahun. You are enough. You are loved. You will always be loved, if not by others, you'll be loved by yourself.

Thursday, 7 June 2018

Perawatan Jerawat Kulit Sensitif

02:33 0 Comments
Waktu saya masih SMP, saya sempat mengalami jerawat parah. Parah banget dan sayangnya saya tak punya foto waktu jewarat saya sedang parah-parahnya itu. Ibu saya cukup sering membelikan beberapa obat untuk saya, tapi tak ada yang cocok. Sampai akhirnya saya dapat satu obat jerawat dari ahad.net, semacam MLM kosmetik, saya habis dua botol dan sembuh. Kalau saya ingat-ingat lagi, waktu SMP memang saya sangat aktif di luar ruangan dan kurang merawat diri. Jadi saya ngga rutin membersihkan wajah dan hormon puber sedang deras mengalir di saat yang bersamaan.

Waktu SMA, bekas jerawat saya benar-benar menghilang dan biasanya hanya muncul satu atau dua menjelang menstruasi. Karena itu, tak banyak yang percaya saya pernah terkena break out jerawat yang cukup parah.

Satu dekade kemudian, jerawat itu datang kembali. Tepatnya setahun lalu. Awalnya saya kira jerawat yang muncul sama seperti biasanya, hanya muncul saat menjelang menstruasi. Tapi ternyata saya salah, jerawat ini terus bermunculan dan makin bertambah banyak.

September 2016, selepas thesis wajah masih mulus

Jerawat mulai muncul

Saya mencari info soal jerawat ini dan menerka-nerka apa panyebab dari jerawat saya yang makin parah itu. Beberapa hal yang berkemungkinan menjadi penyebabnya ada beberapa. Pertama,  tidak cocok dengan air yang ada di tempat tinggal baru. Kebetulan saya memang baru saja pindah kos di Jakarta. Di kos baru ini, kualitas air di kosan baru kurang bagus. Dan memang waktu jerawat mulai muncul itu bersamaan dengan pindah kos baru ini. Kedua, stress. Sepertinya alasan ini masuk akal juga. Tepat saat jerawat saya muncul, saya memang baru saja dipromosikan di tempat kerja dan posisi baru ini cukup menguras pikiran. Ditambah lagi, saya menyiapkan pernikahan. Boom! Combo sudah.

Selama itu saya mencoba beberapa hal untuk menyembuhkan jerawat. Awalnya saya sempat akan ke dokter kulit atau klinik tapi Ibu saya melarang . Takut saya jadi ketergantungan. Akhirnya, saya menurut dan mencari alternatif lain. Yang pertama adalah menggunakan minyak argan sebelum tidur. Saya sempat mencoba selama 1 bulan, tapi tak ada perkembangan. So sad. Minyak Argan yang saya dapat ini kebetulan saya beli waktu di Maroko (botol yang spray), kemudian saya beli juga di online shop setelah balik ke Indonesia. Tapi memang dari segi konsistensi beda.

Minyak Argan dari Maroko (kiri)


Berikutnya, teman saya menyarankan untuk menggunakan masker kunyit. Saya coba beli online dari rekomendasi teman saya itu. Rasanya panas sekali saat dipakai di kulit. Saya pikir ini reaksi saya akan sembuh. Break out saya juga makin parah. Sesaat saya sempat berpikir, mungkin ini jerawat akan keluar semua dan sembuh setelahnya. Tapi setelah sebulan, jerawat saya makin menjadi. Penting untuk dicatat, jangan sampai salah seperti saya, jika reaksi kulit seperti terbakar. Tinggalkan segera.

Jerawat saya tambah parah :(


Yang ketiga, saya pakai rangkaian perawatan Body Shop Tea Tree Oil. Alhamduliah cocok. Progressnya memang tidak cepat karena harus telaten. Tapi tak ada reaksi berlebih dan jerawat saya tidak bertambah banyak, meskipun tidak berkurang drastis dalam waktu yang singkat. Saya memakai Body Shop Tea Tree Oil ini selama kurng lebih 7 bulan secara konsisten dan alhamdulilah sekarang sudah membaik. Yang saya pakai dan urutannya adalah seperti ini.

1. Membersihkan make up. Saya menggunakan double cleansing. Pertama dengan Cammomile Oil dan saya suka banget Cammomile Oil ini karena mengangkat make up cepat banget dan lembut di wajah. Setelah itu saya menggunakan Aloe Vera Facial Wash.

Facial Wash Aloe Vera dari Body Shop

Cleansing oil Camomile dari Body Shop juga.

2. Mengeringkan wajah dengan tissue. Nah ini juga penting, karena kalau kita mengeringkan wajah dengan handuk, tekstur handuk bisa tidak cocok untuk kulit sensitif dan tissue juga lebih steril karena sekali pakai.

3. Setelah itu saya akan menggunakan essential oil tea tree di titik-titik jerawat. Ampuh banget sih ini, jerawat cepat matang. Saya habis 3 botol tapi sekarang belum beli lagi karena memang tidak banyak jerawat baru yang muncul.
Tea Tree Essential Oil dari Body Shop


4. Setelah itu saya diamkan kurang lebih 3 menit hingga meresap di kulit. Saya kemudian memakai Daily Solution tea tree. Untuk Daily Solution ini saya pakai di seluruh wajah dan tujuannya untuk menghilangkan bekas jerawat.



Selama kurang lebih 3 bulan, saya menggunakan perawatan ini. Jerawat berkurang tapi bekasnya masih ada. Akhirnya saya coba beli night mask tea tree oil. Saya mulai menggunakan night mask ini saat jerawat baru sudah berhenti muncul. Jadi saat malam setelah membersihkan wajah dengan langkah 1 dan 2, saya pakai Night Mask. 



Di pagi hari, sebelum make up, saya pakai toner tea tree oil. dan kemudian menggunakan moisturiser Aloe Vera masih dari Body Shop juga.

Alhamdulilah sekarang jerawat saya sudah berkurang. Ternyata kunci dari menyembuhkan jerawat adalah memahami jenis kulit, penyebab jerawat dan sabar! Kalau penyebab jerawat adalah stress, maka usahakan menenangkan pikiran.


Sekitar bulan januari, saya sudah mulai rutin dan jerawat mulai berkurang. Di Bulan April, setelah menikah saya pindah tempat tinggal dan alhamdulilah cocok dengan air di tempat tinggal baru. Stress juga semakin berkurang, sudah lebih tenang di hati karena menikah (hahaha).


Sekarang bekas jerawat masih ada tapi tak lagi break out seperti dulu. Alhamdulilah. Semoga tulisan ini membantu siapa pun yang sedang berjuang melawan jerawat ya!


Thursday, 31 May 2018

Review Vendor Pernikahan di Temanggung

10:11 0 Comments
Bermula dari persiapan pernikahan sendiri dalam waktu yang menurut saya cukup singkat, kurang dari 4 bulan, saya merasa kekurangan sumber referensi dalam memilih berbagai hal. Mengapa begitu? Karena pernikahan saya sendiri dilaksanakan di Temanggung, satu kabupaten kecil di Jawa Tengah. Kebanyakan, ulasan-ulasan tentang penyedia jasa pernikahan lebih banyak di kota-kota besar, mulai dari hal kecil sampai besar. Nah, kali ini, saya ingin sekali menambahkan ulasan, jikalau nanti ada generasi millenial yang mengalami hal yang sama dengan saya. Pernikahan dilaksanakan di Temanggung tapi saya sendiri sehari-hari berada jauh di kota lain. Karena itulah, membaca ulasan menjadi salah satu hal yang penting buat saya. Pada akhirnya memang tidak semua hal yang berkaitan dengan pernikahan saya berasal dari Temanggung, tapi mari kita bahas satu persatu dan semoga ulasan ini membantu!

eits, ada yang ngintip :p


Gedung

Sebelum memilih di gedung, saya sempat ingin mengadakan outdoor weeding di salah satu hutan pinus dekat rumah, di Jumprit. Sayangnya ide ini ditolak oleh Ibu karena dua alasan, repot dan musim hujan. Akhirnya mengalah. Sebenarnya persoalan gedung ini sudah dibahas setahun sebelumnya bahkan sebelum lamaran. Hahahaha. Alasannya karena Ibu saya sudah 3 kali mantu dan semuanya di tempat yang sama dan gedung tersebut kurang besar untuk menampung jumlah tamu Ibuk yang banyak. Saya sempat usul untuk menggunakan gedung pemuda di Temanggung kota, cukup jauh dari tempat tinggal kami tapi tempatnya luas. Tapi pilihan ini pun gugur karena, REPOT. hahaha dan berkaitan pula dengan Katering yang akan saya bahas berikutnya.

Akhirnya pilihan jatuh ke tempat di mana kakak-kakak saya melangsungkan pernikahan. Balai Desa Ngadirejo. Plusnya adalah deket banget sama rumah dan harganya murah! minusnya adalah, dari luar memang Balai Desa ini kurang cantik karena di bagian depan dijadikan kios-kios kecil oleh Pengurus Desa untuk pemasukan Desa juga. Tapi untuk ukuran desa, buat saya ini sudah cukup layak. Apalagi di dalam gedung berhasil disulap menjadi cantik!

Salah satu sudut gedung dan panggung


Rias

Rias saya menggunakan Madani Rias Pengantin, masih di sekitaran Ngadirejo juga. Alasannya? Masih kerabat dan keluarga saya sudah turun-temurun dirias oleh Budhe Beni (pemilik Madani Rias). Dari hasil riasan, saya memang ingin menggunakan adat jawa, karena ingin sekali ada prosesi adat di resepsi saya. Sayangnya, suami kurang suka dengan pakem alis riasan adat pengantin jawa yang bercabang (saya lupa istilahnya apa), jadi akhirnya jalan tengahnya riasan jawa dengan alis biasa. Sayangnya juga, Madani Rias belum ada instagram, tapi kalau ingin kontaknya, bisa tinggalkan komen di bawah ya.

make up untuk midodareni

make up adat jawa, dengan Ibuk di samping yang tersenyum bahagia


Katering

Rizquna Katering alias katering Ibu saya sendiri. Haha. Inilah salah satu alasan pemilihan gedung dekat rumah, karena katering dan masakan semua dihandle oleh Ibu saya sendiri, beberapa makanan gubuk ada yang kami pesan dari tetangga dan makanan favorit saya juga, seperti Bakso Lombok Uleg khas Temanggung Pak Imron, Sate Ayam (yang masih tetangga juga yang dipesenenin) dan Lothek Mbak Nur (jajanan saya jaman SD). Tapi apakah saya sempet icip saat acara? Tentu tidak. Tidak sempat. Hahaha. Tapi kenapa sih makanan yang dipilih semua dari makanan favorit saya? pertama, karena saya suka sekali makanan khas temanggung ini, dan ini dibuat langsung oleh orang-orang yang sama yang jadi favorit saya. Bisa dibilang, rasanya sungguh menjadi sentimental dan personal dan saya ingin tamu undangan merasakan hal yang sama. :) Dari testimoni para tamu, semua puas dengan hidangan makanan di saat resepsi. Jadi alhamdulilah ya :) Yang disekitar temanggung dan tertarik untuk pesan katering ke Ibu saya, bisa tinggalkan komen juga ya!

Baju Pengantin

Ada 3 baju yang saya pakai selama acara. Jadi kembali ke masalah gedung yang tidak cukup menampung jumlah tamu, diputuskanlah kami sudah menerima tamu di gedung sehari sebelum akad, saat akad dan resepsi (standing party) setelah akad. Jadi ada 3 baju yang saya kenakan. Untuk baju sehari sebelum akad dan baju resepsi, saya memutuskan untuk sewa masih di Madani Rias karena alasan kepraktisan. Kebetulan ukuran tubuh saya pas dengan baju-baju yang disewakan dan ada yang cocok juga. Sementara untuk akad, Mama mertua yang menjahitkannya dari kain untuk lamaran.
Gaun Akad by Mama Mertua
Untuk Resepsi setelah akad, saya dari dulu pengen banget pakai adat jawa. Meskipun terlihat rempong, tapi buat saya itu kaya akan nilai filosofis sekaligus nguri-uri kabudayan jawa. Meskipun saya ngga full adat sih, yang sampai dipingit. Bahkan siraman juga nggak. Hahaha. Yang saya suka banget itu adalah bagian Panggih atau Temu Manten. Kaya makna dan emang jadi lebih dapet banyak momen untuk di foto. hehe.

Saya sebagai Pengantin Jawa

Undangan

Untuk undangan, saya pengen undangan online tapi tetap terasa personal. Jadilah saya pesen ke tukarcincin.com, kebetulan adek kelas saya di ITS untuk bikin sesuai keinginan saya yang personal ini, dan voila, jadilah undangan nikah yang sangat personal untuk tiap orang. Ini contoh undangan untuk Maid of Honour yang juga sepupu saya. Lengkap dengan lagu favorit saya yang bikin tambah syahdu, Sampai Jadi Debu dari Banda Neira. Tapi karena orang tua tetep pengen ada undangan cetak, akhirnya mengalah dan tetep bikin undangan cetak. Desainnya oke, minimalis dan saya banget. Dan ini dibantu sama kakak saya pesen undangan udah kurang dari 30 hari pernikahan. Cukup bikin saya pusing. Untuk undangan cetak ini karena kakak saya yang bantuin, jadi dipesan di Jakarta.

Souvenir

Waktu membahas souvenir, Ibu saya sebenarnya udah, ngga usah lah mbak. Sayang nanti kalau ngga kepake. Jadi saya pengen bikin souvenir yang kepake, apalagi kalau ada tamu yang sudah menyempatkan datang dari jauh. Akhirnya saya putuskan biar souvenr ini saya yang urus. Jadilah mulai cari pengen seperti apa yang bermanfaat. Kakak-kakak saya, biasa bikin souvenir buku. Buat saya itu oke untuk yang suka baca, tapi karena sudah biasa itu jadi pengen yang lain aja. Akhirnya terpilih dompet. Hahahaha. biasa banget sih tapi saya suka dan saya pikir ini bermanfaat. Jadi saya mulai cari di bukalapak, dan ternyata banyak banget lho yang menyediakan begini. Dan saya lebih yakin juga kalau pesen via bukalapak karena meskipun saya ngga kenal, kan uang saya ngga bakal dibawa lari juga. Jadi ngobrol instan via whatsapp tapi eksekusi di marketplace. Pelapaknya juga sangat akomodatif dan responsif, masalah kain dibahas, saya mau kain warna apa, mau dibungkusin plastik nggak, ada tulisan nama pengantinnya nggak, dll. Nah untuk nama pengantin di dompet, saya ngga pengen yang disablon gitu terus ngga bisa ilang dari dompetnya. jadi saya putuskan pakai tag kertas yang desain awalnya dibikinin teman kantor saya, Lina, yang kemudian dibikin versi digitalnya sama team tukarcincin. Love banget. Harga oke, kualitas puas dan lihat souvenir ini di pakai itu bikin bahagia. Ngga papa paper tag nama kami dibuang, tapi dompetnya dipakai. It was more meaningful :) Oiya, kalau ada yang tertarik pesan, bisa langsung ke lapaknya aja di sini. Lokasi pelapak di Semarang, jadi ongkirnya lumayan murah.

souvenir nikah, di foto ala kadarnya pakai kamera hp, bukan seperti foto lain di post ini.


Henna

Untuk Henna, saya udah cari-cari sendiri di instagram yang di area temanggung. Sempet kontak satu akun, tapi kurang yakin karena setelah saya tanya ke perias harganya kemahalan. Perias menyarankan saya kontak yang di Ngadirejo saja, kecamatan saya. Ada dan harganya bisa nego. Akhirnya coba kontak dan yes, emang harganya cocok dan saya suka hasilnya. Bagus banget henna putih ini. Tapi sayangnya, meskipun udah dikasih tahu kalau henna putih itu teksturnya timbul, bukan yang menyerap di kulit gitu, saya tetep mau aja. Dan akhirnya tekelupas dong waktu pasang cincin, dan pasang cincinnya juga kesusahan. Jadi saran saya, kalau mau jangan henna putih. Haha. O iya akun instagram henna artisnya ada di sini.


Fotografi

Sebelum nikah, saya follow beberapa studio foto dan ternyata nemu studio foto yang dekat rumah dan hasilnya oke. Akun instagram dan portofolionya bisa lihat di sini. Saya suka sama cara pengambilan gambar dan pengambilan momennya. Bisa dapet aja yang candid tapi penuh makna. Hasilnya semua foto di post ini ya, kecuali pouch dan gaun akad, itu saya ambil pakai kamera hape.
Recommended!

Dekorasi

Dekorasi saya pakai vendor yang sama dengan rias, masih di Madani Rias. Puas juga, karena maunya saya dituruti semua. Haha, jadi gedung balai desa yang biasa buat tanding badminton indoor diubah jadi cantik. Ngga kelihatan kalau itu biasa buat main bulu tangkis. Saya minta semua dinding dan atap ditutup dengan kain dan lantainya ditutup karpet. Suka banget jadinya. Panggung juga oke. Waktu saya terakhir cek dan ngerasa panggungnya kurang lebar, dibantuin juga lho biar dilebarin. Kooperatif banget pokoknya. bikin pengantin tenang. Hasil dekornya kelihatan ya di foto-foto di atas.

Salon Perawatan Pra Nikah

Ini mesikipun paling bawah, tapi saat menuliskan ini saya tulis paling awal karena masih hangat pengalamannya jadi masih sangat fresh.

Untuk perawatan Pra Nikah, saya waktu itu sempat galau apakah akan perawatan di Jakarta atau di Temanggung. Sejujurnya malah sampai 2 minggu sebelum acara, belum terpikir sama sekali sampai kakak ipar saya tanya saya sudah perawatan atau belum. Awalnya berpikir tidak perlu dan kalau sempat saja. Ternyata di Jakarta saya tidak sempat dan tidak menemukan salon yang cocok. Salon langganan saya di Jakarta, moz5 di Pejaten, harganya cocok di kantong tapi ya memang kualitasnya sesuai dengan harga yang ditawarkan. Akhirnya saya memutuskan di Temanggung saja.

Di Temanggung, entah kenapa yang terbesit di pikiran saya adalah Amarta Salon. Ini murni tanpa baca ulasan orang lain dulu, hanya googling, cari nomor telepon dan booking. Alhamdulilah hari itu bisa dan bisa langsung datang. Saya merasa Amarta Salon ini sudah benar-benar melekat di benak saya, padahal saya sama sekali belum pernah kesana. Alasan sederhana, teknik pemasaran yang mengena dan membekas untuk kota sekecil Temanggung.

Saya langsung datang dan tanya paket untuk pernikahan dan inilah yang bikin saya takjub!
Untuk perawatan pra nikah, saya ambil paket eksklusif. Ini sudah meliputi massage, lulur, spa, steam, ratus, berendam, menicure pedicure, totok wajah, potong rambut dan creambath! Lengkap sekali dan harganya sangat ramah di kantong! Rp269.500! Kalau di moz5 ini baru harga massage dan lulur saja. Yang bikin saya tambah bahagia adalah bath up nya! kalau di moz5 pejaten, bath up nya sudah agak rusak dan bath up biasa jadi tidak bisa lama berendam karena air akan dingin. Padahal sejak kuliah di UK, berendam itu salah satu favorit saya bisa sambil baca paper dan mengerjakan tugas bahkan. Hahaha! yang ciamik dari bath up di Amarta Salon ini adalah tipe jacuzzi yang air hangatnya mengalir terus jadi rasa hangatnya bertahan lama dan saya betah sekali. Pelayanannya juga ramah dan pijatannya enak. Saya rasa perawatan ini lebih banyak untuk rileksasi untuk mengurangi stres menjelang hari H.

Dan memang setelah dari sana, rasanya sangat segar! Oh iya, saya total menghabiskan waktu 4 jam untuk semua itu, mungkin bisa 5 jam kalau saya berendam lama seperti saat berendam di UK dulu. Haha, tapi untungnya sadar diri dan ingat kalau ini sudah mau tutup jadi ya sudah.

So far, saya puas sekali dan merekomendasikan tempat ini!

So that's was my review. Semoga membantu para calon pengantin yang sedang mempersiapkan pernikahan di Temanggung atau sekitarnya ya!