Thursday 9 April 2009

SINETRON

SINETRON. Muak saya mendengar kata itu. Sungguh muak. Saya nggak tahu mengapa saya begitu anti saja rasanya. Saya nggak suka nonton sinetron-sinetron Indonesia yang nggak mendidik sama sekali itu. Isinya hanya orang-orang pacaran, berantem, ditindas, orang sok jahat, orang sok baik, kekerasan, kelicikan dan segala macam yang menurut saya amat sangat tidak layak untuk ditonton. Sempat beberapa kali saya nonton sinetron *menonton bersama orang lain dan tidak bisa memindah channel*, ada seorang ibu-ibu memberikan uang kepada sekretaris suaminya untuk mengawasi dan menjalankan rencana jahat untuk suaminya sendiri. Saya tidak habis pikir, mengapa para sineas sinetron itu sengaja memberi ’pelajaran’ seperti itu kepada para penonton Indonesia. Ada yang berkilah,” kami hanya menyampaikan apa yang di masyarakat, mengolahnya. Untuk selanjutnya penilaian kami serahkan kembali kepada para pemirsa”.

Nyatanya orang Indonesia belum siap menilai. Orang Indonesia sangat fleksibel dalam menerima nilai-nilai baru tanpa menilai dulu nilai-nilai tersebut. Jadilah budaya semacam itu ’terserap’ dengan baik. Saya curiga jangan-jangan para koruptor itu juga waktu masih muda gemar nonton sinetron model begitu. dampak lain dari sinetron bisa dilihat disini. betapa oh betapa sinetron mengahancurakan..*halah berle*bihan**

Selain dari sisi isi yang tidak berbobot itu *malas saya membahas isi secara mendalam, hanya membuat geram saja. Silahkan anda lihat saja sinetron itu seperti apa*, dari segi artisitik pun, menurut saya TIDAK artistik. Saya memang bukan orang seni yang paham secara teroritis apa itu seni, tapi sebagai orang awam yang melihat adegan orang-orang berdialog tapi tak diperlihatkan, saya merasa eneg juga.

Bayangkan misal A dan B sedang berdialog. Kamera tidak mengarah kepada A dan B tapi ketika A berbicara kamera mengekspos wajah A habis-habisan. Begitu juga ketika B berbicara, begitu terus. Ada memang sekali dua ditampilkan secara utuh. Tapi jarang sekali. Saya merasa sedang menikamati sandiwara radio saja. Saya pernah membaca suatu ulasan di suatu surat kabar yang isinya kurang lebih seperti apa yang saya sampaikan ini. Coba sekali waktu anda menonton sinetron sambil menutup mata, anda akan tetap mengetahui jalan ceritanya. Coba saja, buktikan. Saya sendiri sudah membuktikan.

Jika dibandingkan dengan serial-serial dari luar negeri, sinetron Indonesia tertinggal jauh. Bahasa yang tepat mungkin begini, tidak variatif, monoton, tidak mendidik dan tidak artistik. Herannya lagi, mengapa sinetron tersebut masih saja laku?
Siapa sebenarnya yang tidak variatif, monoton, tidak mendidik dan tidak artistik? *mengelus dada*.

Baiklah, memang ini negara demokasi *katanya*. Jadi ya terserah lah orang mau melihat apa yang diinginkan asal belum melanggar undang-undang. Dan memang sampai hari ini belum ada larangan menonton sinetron.

Saya pribadi, lebih suka dengan chanel-chanel berita seperti metrotv dan tvone. Menurut saya, lebih memberi manfaat kepada saya. Entah menurut anda. Apakah anda penikmat sinetron juga?

2 comments:

  1. Mayoritas sinetron memang kurang mendidik. Tapi ada satu dua (namun sangat jarang) yang lumayan mendidik. Inilah kalau kita sudah masuk jaman revolusi industri, bukan kreativitas. Heuh!

    Salam kenal deh ... ^_^

    ReplyDelete
  2. @bang aswi : parah memang, indonesia sekarang sedang digerogoti disana sini termasuk mental lewat sinetron..
    salam kenal juga bang!

    ReplyDelete

jangan cuma baca, tapi komen juga ya