Thursday, 30 April 2009

KASMARAN

22:05 0 Comments
“Nada pacarnya siapa sih?”.
Pertanyaan itu muncul dari seorang teman saya ketika saya menulis sebuah puisi di bukunya. Alis saya langsung terangkat. Kok bisa-bisanya pertanyaan begitu langsung muncul. Saya lantas balik bertanya, apa yang menjadi sebab pertanyaan itu muncul. Teman saya itu lalu tertawa terkekeh. Katanya, biasanya orang yang menulis puisi itu orang yang sedang kasmaran. Saya jadi geli, kalau misalkan benar saya sedang kasmaran, apa itu berarti saya punya pacar? Teman saya itu tertawa menyadari pertanyaannya yang kurang pas itu. Ah, tapi pasti Nada punya pacar. Teman saya itu masih ngeyel. Saya jawab dengan jujur, sejujur-jujurnya, saya tidak punya pacar dan juga tidak sedang kasmaran.

Tapi puisinya kok bisa kayak gitu. Masih ngeyel juga teman saya itu. Saya jawab, ini puisi bikinan saya yang paling saya sukai sampai sekarang. Saya merasa puisi itu maknanya bisa tepat di segala kondisi. Barulah teman saya itu berhenti ngeyel.

Puisi saya yang menimbulkan pertanyaan tadi sebenarnya sangat singkat hanya 1 Bait, 4 baris.

Aku ingin kau tahu
Tapi aku tak permah mampu
Aku ingin kau merasa
Sayangnya aku tak pernah bisa

Hanya itu sebenarnya. Singkat bukan? Tapi padat buat saya. Kau disitu bisa bermakna luas sekali. Bisa seorang yang kita kagumi atau bisa juga pemerintah. Atau siapapapun yang kita kehendaki. Luas objek, luas pula maknanya. Kebetulan saja teman saya tadi memaknainya dengan sempit sehingga kesan kasmaranlah yang pertama kali muncul.
Tak apa, toh dulu memang saya menulisnya saat kasmaran. Dulu sekali.

Dulu memang saya penganut aliran puisi kasmaran, artinya saya hanya menulis saat perasaan -yang entah bagaimana menggambarkannya- itu hadir. Saya lalu jadi melankolis dan menulis puisi kapan saja.

Namun sekarang berbeda. Saya menulis ketika saya merasa ada uneg-uneg. Ad ayang mengganjal. Apa saja itu, bukan melulu urusan cinta. Saya mengungkapkanya kadang lewat puisi, kadang lewat cerpen kadang bisa juga lewat tulisan semacam ini. Macam-macamlah.

Tapi eits, tunggu dulu. Saya mencerna lagi kata kasmaran tadi. Jika kasmaran dimaknai cinta, sepertinya ada benarnya juga kata teman saya itu. Ketika saya menulis puisi tentang tanah air saya, itu berarti saya sedang kasmaran dengan tanah air saya sendiri. Atau saat saya mengumpat tentang negara saya sendiri, berarti saya sedang dalam proses mencintai negara sendiri. Cinta tak harus selalu memuji kan? Lalu pernah pula saya berbicara tentang Tuhan, Allah. Ini jelas, saya sedang menumbuhkan dan menyuburkan cinta saya kepadaNya. Sempat pula saya menulis tentang keluarga, tentang abah, tentang ibu. Tak usah ditebak lagi, alasannya sebab saya memang sangat mencintai keluarga saya.
Saat saya mengerik postingan ini, tiba-tiba ada ide yang ujug-ujug mak bedunduk minta dilahirkan.


Sendiri
Meski di sebelah buku-buku berhimpitan mesra
Bantal yang sedari tadi bercumbu dengan guling mengejek dengan mengerling
Mereka tertawa melihat yang bernyawa di ruang sendirian
Sementara mereka yang tak berdenyut nadinya
Justru bergelimang cumbu dengan sesamanya
Ah sungguh mereka tak paham
D iluar sana
Banyak yang seperti mereka
Bernafas namun berkeliaran memajang hasrat
Sedang aku yang sedang belajar memanusiakan diriku sendiri
Terkungkung dalam kamar yang sepi
Sendiri

Puisi ini tiba-tiba muncul, saat saya memang sedang sendirian di kamar malam-malam. Lantas saya ingat ada kehidupan malam yang sungguh tak pantas saya ceritakan. Saya menjadi bersyukur Allah membiarkan saya sendirian, bukan berkeliaran dengan jalang di jalanan. Saya menjadi mencintai kesendirian ini.

Begitu banyak hal disekeliling saya yang membuat saya sadar, saya berkali-kali kasmaran. Jika kurang percaya, tengoklah cerpen saya yang saya pajang disini. Mungkin akan memberi anda sedikit rasa yakin. Hehehe..

Dan yang pasti saat saya menulis sekarang juga karena cinta. Cinta kepada para pembaca yang sudah berkenan membaca coretan saya ini. I LOVE YOU!

NASI GONO

01:24 3 Comments

Sejak saya TK dulu, saya sudah akrab dengan nasi satu ini. Bahkan mungkin sejak saya lahir. Tapi ya mulai inget-inget pas TK. Sampai SMP nasi satu ini tetap menjadi favorit saya karena termasuk mudah didapat di sekolah. Setelah saya menginjak SMA dan hijrah ke Magelang, tak ada satupun yang tahu dengan nasi favorit saya itu. Penjualnya pun tak ada. T.T . hikz..

Saat kemarin saya pulang, ibu berbaik hati mengajarkan saya cara memasak nasi satu ini. Waw! Tak terkira gembiranya saya!^^ kalau menurut resep mbah rayi saya, sebenarnya bisa ditambahi macam-macam lagi. Tapi karena saya orang yang simpel dan nggak suka ribet jadi pakai resep yang sederhana saja. Here the recipe..

NASI GONO KHAS TEMANGGUNG

Versi Nada&Mom


bumbu dan bahan:

¼ butir kelapa

5 siung Bawang merah

4 siung bawang putih

½ ons Cabe

1 ruas jari kencur

2 iris kulit jeruk perut

2 helai daun salam

2 iris laos

2 sendok rambangan

garam secukupnya

gula jawa secukupnya

bahan

½ kg beras

10 lembar kubis hijau

Cara :

  1. masak beras hingga menjadi nasi. Sambil menunggu nasi matang siapkan bumbu
  2. parut kelapa
  3. iris kubis hijau tipis-tipis kira-kira 3 mm
  4. haluskan (diuleg) semua bumbu.
  5. setelah bumbu halus campurkan dengan kelapa parutan sampai merata.
  6. tambahkan rambangan ke dalam bumbu
  7. campurkan bumbu dengan irisan kubis hijau
  8. letakkan irisan kubis yang telah dibumbui diatas nasi yang hampir masak
  9. tunggu hingga kubis matang.
  10. angkat kemudian campurkan nasi dengan bumbu hingga merata
  11. taruh dalam piring, nasi siap disantap.

Saturday, 25 April 2009

tips menghadapi masa sulit

21:53 2 Comments
Ini hanya sebuah catatan kecil mengenai seorang gadis yang baru saja kacau hatinya *lebay ^^*. Mungkin bukan hanya saya yang merasakannya. Saya yakin sekali dalam hal urusan asmara yang tidak begitu mulus, saya tidak sendirian. Hal itu membuat saya agak lega. Dunia tidak jadi runtuh. Kalaupun runtuh toh tidak hanya saya yang menerima ‘runtuhan dunia’ tersebut.

Ini serius. Untuk sampai pada titik bahwa tidak hanya saya yang merasakan cinta yang tidak mulus, saya perlu waktu. Waktu untuk mengamati sekeliling, waktu untuk menelaah tiap hal yang ada dalam hidup saya termasuk urusan asmara yang tidak begitu mulus tadi ( kita singkat saja UAYTBM, ^^). Bagi sebagian remaja lain yang kebetulan menjadi teman saya, UAYTBM bisa menjadi bumerang. Semangat menjadi drop, mudah tersinggung, sensitif. Saya pun perna mengalaminya ketika UAYTBM saya yang pertama terjadi. Wah, saya bisa menghabiskan seharian hanya untuk menangis. Kalau saya mengingatnya, saya menjadi geli sendiri. Betapa sia-sia air mata yang saya keluarkan itu sebab tidak ada pengaruhnya bagi hidup saya. Hanya sebuah kelegaan saat itu, ya lega. Entah mengapa setelah menangis hati menjadi lebih lega daripada sebelumnya. Mungkin rasa sakit bergelayut pada air mata juga, jadi saat air mata keluar, rasa sakit yang menyesak itu pun keluar.

Baik, kembali pada kesadaran mengenai saya tidak sendiri dalam menghadapi UAYTBM kemarin ini. Tidak ada air mata, tidak ada semangat yang turun. Mungkin hanya agak sensitif dan saya menjadi cenderung pendiam. Beberapa teman dekat saya mengatakan begitu. Saya pikir ini sebuah kemajuan bagi saya. Lalu saya pikir, kalau semua orang mengalami UAYTBM bisa merasa seperti itu juga, mungkin dunia akan sedikit lega.

Baikah, ini tipsnya mengapa saya tidak menjadi drop
1. Mencintai diri sendiri lebih daripada mencintai orang yang mencintai kita
Bukan berarti egois. Makna mencintai disini adalah kita lebih mengenal diri kita sendiri dan paham betul apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Ketika cinta pada diri sendiri melebihi cinta pada orang lain akan muncul suatu kesadaran bahwa air mata kita adalah untuk orang yang sangat kita cintai yaitu TUHAN, keluarga dan diri kita sendiri. Kesannya mungkin agak terlalu teoritis dan muluk-muluk. Tapi memang begitu. Jika ingin anda dapat mencintai mereka yang saya sebutkan tadi, hati-hatilah dalam menyemai cinta anda bagi orang lain. Jangan sampai tumbuh terlalu subur. Bertunas saja sudah cukup. Sehingga kita ’dia’ pergi, anda tetap baik-baik saja.

2. Kesadaran bahwa begitu banyak yang mencintai kita dengan tulus.
selama ini mata anda mungkin tertutup oleh cinta kepada ‘dia’. Bukalah mata anda sekarang. Ada begitu banyak orang yang mencintai anda sesungguhnya, termsuk ALLAH. Coba hitung berapa banyak yang sudah Dia berikan untuk anda. Nafas, langakah kaki, tubuh yang sehat, penglihatan yang normal, hingga anda mampu membaca tulisan ini adalah sedikit dari limpahanNya yang begitu tumpah tuah. Anda dapat menyadarinya tentu saja kalau anda sudah memiliki penafsiran baru tentang cinta. Bagi saya pribadi, cinta adalah sebuah ’pembangkit tenaga’ untuk melakukan sesuatu bagi orang lain dengan tulus. Dengan definisi semacam itu mata saya terbuka untuk melihat betapa cinta Ibu saya begitu besar. Belum lagi keluarga yang lain, belum lagi sahabat-sahabat saya. Kadang memang keinginan saya berbeda atau malah ditentang dari sal;ah satu dari mereka. Bukan berarti mereka tidak mencintai saya karena tidak sependapat dengan keinginan saya. Namun, justru karena mereka paham betul apa yang saya butuhkan sebenarnya. Apakah ‘dia’ mampu mencintai anda seperti itu? Jika tidak, jangan ragu untuk tidak menoleh kebelakang lagi. Just let him go!

3. Saat dilahirkan kita belum mengenal dia, hidup toh baik-baik saja.
Sejak saya lahir jebrol saya mengenal keluarga saya lebih dulu. Saya bayangkan saat saya lahir saya malah bertemu ‘dia’ lebih dulu, yang notabene saat saya lahir dia masih anak kecil. Wah hidup saya pasti sangat kacau. Untungnya saya bertemu dengan keluarga saya dulu. Maka saya pun diasuh hingga mampu menrasakan UAYTBM tadi. Dan ‘dia’? Mengenalnya pun baru sebatas nama, tempat tanggal lahir, alamat, hobi, kebiasaan, dan sedikit asal-usul . coba sebut apa yang lebih dari itu, paling-paling anda juga sama. Cuma itu. Jadi kalau kita menghapus memori yang sedikit itu, hidup kita akan tetap baik-baik saja, kan? Melupakan tidak sesepele itu. Oke,oke jawabannya ada di point 1 dan 2. silakan pahami dulu.
4. Hidup harus dilanjutkan.

Tha last but not least, ini kesadaran yang sangat penting. Masih begitu banyak hal yang menanti untuk kita raih, jika kita hanya stagnan disini hidup pun menjadi mandeg. Ada banyak hal disekeliling kita yang lebih indah daripada perasaan berbunga-bunga saat bersama ’dia’. Ada sunrise yang begitu mempesona, ada jutaan bintang tiap malam yang menawan, ada langit biru yang begitu lapang, ada angin sepoi yang rajin membelai wajah kita. Ada keindahan dalam setiap hal disekililing kita jika kita memandang mereka dengan cinta pula. Itu baru alam, sesuatu yang bukan manusia. Bagaiman dengan keindahan perasaan yang tercipta saat bersama orang lain? Percayalah, hidup lebih indah saat kita tidak sendirian. Kalau UAYTBM membuat anda merasa menjadi sendirian, tolong buka mata. Dunia ini begitu penuh dengan manusia dan anda merasa sendiri? Just forget him.


Thursday, 9 April 2009

SINETRON

01:06 2 Comments
SINETRON. Muak saya mendengar kata itu. Sungguh muak. Saya nggak tahu mengapa saya begitu anti saja rasanya. Saya nggak suka nonton sinetron-sinetron Indonesia yang nggak mendidik sama sekali itu. Isinya hanya orang-orang pacaran, berantem, ditindas, orang sok jahat, orang sok baik, kekerasan, kelicikan dan segala macam yang menurut saya amat sangat tidak layak untuk ditonton. Sempat beberapa kali saya nonton sinetron *menonton bersama orang lain dan tidak bisa memindah channel*, ada seorang ibu-ibu memberikan uang kepada sekretaris suaminya untuk mengawasi dan menjalankan rencana jahat untuk suaminya sendiri. Saya tidak habis pikir, mengapa para sineas sinetron itu sengaja memberi ’pelajaran’ seperti itu kepada para penonton Indonesia. Ada yang berkilah,” kami hanya menyampaikan apa yang di masyarakat, mengolahnya. Untuk selanjutnya penilaian kami serahkan kembali kepada para pemirsa”.

Nyatanya orang Indonesia belum siap menilai. Orang Indonesia sangat fleksibel dalam menerima nilai-nilai baru tanpa menilai dulu nilai-nilai tersebut. Jadilah budaya semacam itu ’terserap’ dengan baik. Saya curiga jangan-jangan para koruptor itu juga waktu masih muda gemar nonton sinetron model begitu. dampak lain dari sinetron bisa dilihat disini. betapa oh betapa sinetron mengahancurakan..*halah berle*bihan**

Selain dari sisi isi yang tidak berbobot itu *malas saya membahas isi secara mendalam, hanya membuat geram saja. Silahkan anda lihat saja sinetron itu seperti apa*, dari segi artisitik pun, menurut saya TIDAK artistik. Saya memang bukan orang seni yang paham secara teroritis apa itu seni, tapi sebagai orang awam yang melihat adegan orang-orang berdialog tapi tak diperlihatkan, saya merasa eneg juga.

Bayangkan misal A dan B sedang berdialog. Kamera tidak mengarah kepada A dan B tapi ketika A berbicara kamera mengekspos wajah A habis-habisan. Begitu juga ketika B berbicara, begitu terus. Ada memang sekali dua ditampilkan secara utuh. Tapi jarang sekali. Saya merasa sedang menikamati sandiwara radio saja. Saya pernah membaca suatu ulasan di suatu surat kabar yang isinya kurang lebih seperti apa yang saya sampaikan ini. Coba sekali waktu anda menonton sinetron sambil menutup mata, anda akan tetap mengetahui jalan ceritanya. Coba saja, buktikan. Saya sendiri sudah membuktikan.

Jika dibandingkan dengan serial-serial dari luar negeri, sinetron Indonesia tertinggal jauh. Bahasa yang tepat mungkin begini, tidak variatif, monoton, tidak mendidik dan tidak artistik. Herannya lagi, mengapa sinetron tersebut masih saja laku?
Siapa sebenarnya yang tidak variatif, monoton, tidak mendidik dan tidak artistik? *mengelus dada*.

Baiklah, memang ini negara demokasi *katanya*. Jadi ya terserah lah orang mau melihat apa yang diinginkan asal belum melanggar undang-undang. Dan memang sampai hari ini belum ada larangan menonton sinetron.

Saya pribadi, lebih suka dengan chanel-chanel berita seperti metrotv dan tvone. Menurut saya, lebih memberi manfaat kepada saya. Entah menurut anda. Apakah anda penikmat sinetron juga?

ISI BLOG

00:34 1 Comments
Saya awalnya agak bingung blog ini mau saya bikin seperti apa. Apa hendak saya bikin dengan gaya penulisan yang kocak sepeti blog-blog lain yang sedang menjamur atau akan saya buat ‘berat’ dengan cerita yang dikemas penuh perenungan dan senantiasa taat pada EYD.

Awal-awal ngeblog, saya biarkan berbulan-bulan blog saya ini terkatung-katung sebab bingung mau saya isi apa. Lalu saat saya sedang ‘ gila-gilanya ‘ , teman saya menyarankan saya untuk ngeblog saja. “Sebarkan kekoyaan*mu di blog,” kata teman saya (koya adalah idiom kami untuk menyebut kegilaan). Kekoyaan itu bisa anda lihat disini. Akhirnya saya menulis tentang hari-hari saya di sekolah dengan model lucu-lucuan. Tapi itupun tak bertahan lama, saya merasa nggak comfort, merasa dipaksakan gitu deh.

Lalu akhirnya muncul ide untuk memajang cerpen dan puisi saya di blog. Daripada kosong, begitu pikir saya. Hasilnya lumayan lah, nggak kosong-kosong banget. Mendadak saya jadi mellow, muncullah tulisan tentang ibu, abah dan terima kasih. Sekarang saya bingung lagi mau menulis seperti apa.

Saya melihat di beberapa blog kerabat saya, para wanita kebanyakan membagikan resep. Hmm, menarik sebenarnya. Sayang saya hanya tahu menghabiskan makanan tanpa bisa membuatnya.hehehe... lalu ada juga yang membagi-bagikan ilmunya. Entah tentang komputer, entah tentang web, tentang apapun lah sambil membagi link-link juga.

Lha saya ini nggak punya apa-apa. Ilmu juga masih cethek. Secara masih kelas 2 SMA. Ngaji kitab juga baru sampai Qowaid dan Maqsud. Mau ngomong tentang agama masih belum pantas rasanya apalagi pakai dalil segala. Dua kitab yang baru saja saya sebut itu membahas gramatikal arab. Tentang fiqh juga ilmu saya masih cethek. Baru kemarin ngaji ushul fiqh, itupun baru sampai bab ‘al-umuru bimaqosidiha‘ yang kalau saya terjemahkan bebas artinya segala perkara itu bergantung kepada niatnya. Atau kalau saya maknai gandulan – ini bukan gandul pepaya itu ya..^^, maksudnya gandul itu cara maknai konvensional kitab kuning – utawi perkara iku kelawan sejane. Salahkah? Kalo salah harap dibenarkan. Maklum ilmu masih cethek.

Ngomong-ngomong niat, saya jadi berpikir kembali apa sebenarnya niat saya ngeblog. Sekedara gaya-gayaan, buang-buang duit buat ke warnet, membagi cerita keseharian saya yang sungguh tak penting atau memang saya butuh sesuatu untuk disampaikan? Saya mulai tersadarkan * hasyah.. bahasa sok tinggi*, buat apa saya aktif ngeblog? Jawabannya adalah untuk menyampaikan uneg-uneg saya. Untuk membagi apa yang saya tahu. Saya masih sangat sadar, pembaca blog ini masih begitu minim. Keefektivan menyampaikan aspirasi *berasa pemilu* lewat media blog belum begitu maksimal. Tapi tak apalah, toh membangun jaringan memang harus dimulai dari sedikit. Dan saya yakin semua ini tak sia-sia. Daripada saya hanya diam sambil nonton televisi atau Cuma baca majalah remaja. Sungguh saya tidak ingin menjadi seperti itu.

Saya putuskan saya akan menulis sesuai dengan hati nurani *nggak ada hubungannya dengan partai ya..*. Apa yang ada dibenak saya, saya sampaikan saja. Saya bagi saja. Siapa tahu bisa berbagi ilmu, berdiskusi dan menambah ilmu saya yang masih sangat cethek ini. Mari saling belajar!

Wednesday, 1 April 2009

TERIMA KASIH

06:25 6 Comments
Hari minggu kemarin, saya diminta menjadi salah seorang penerima tamu di acara resepsi salah seorang kerabat. Oleh karena itu, mau tak mau saya dirias memakai make up tebal.

Jujur, sebenarnya saya paling enggan dirias. Tapi mau bagaimana lagi? Hendak menolak tak bisa.

Jadilah, saya menerima para tamu dengan wajah 'bertopeng'. Meski hati saya agak dongkol, saya berusaha tetap tersenyum. Kebetulan, saya kedapatan tugas memberikan snack kepada para tamu. Di sinilah saya agak tercengang.

Para tamu itu, seolah tak menatap tumpukan snack di samping mereka sebelum saya mengulurkannya. Budaya sok jual mahalkah ini?

Lalu, ketika saya memberikan snack tersebut dengan senyum yang tulus, alih-alih membalas senyum. Pandangan para tamu tertuju pada snack di tangan saya.
Budaya apa lagi ini?
Perut lebih menguasai hati?

Yang membuat saya agak bertanya-tanya, di antara sekian ratus tamu-tamu yang saya temui tidak lebih dari 3 orang yang mengucapkan terima kasih! Bukannya saya hendak minta pamrih, akan tetapi buat saya pribadi, kata terima kasih adalah kata yang mudah diucapkan tapi mampu luar biasa mendamaikan yang mendengarnya. Bahkan jika mampu membuat bahagia pendengarnya, bisa pula disebut sedekah.

Sepertinya masyarakat kita mulai melupakan budaya terima kasih ini. Terima kasih dianggap hal yang remeh.

Tampaknya tak perlu mengucapkan terima kasih kepada tukang parkir yang menjaga kendaraan karena memang itu tugas mereka. Tak perlu mengucapkan terima kasih kepada petugas kasir di swalayan yang memberikan uang kembalian dengan pas. Tak perlu mengucapkan terima kasih kepada pramusaji yang mengantarkan makanan ke meja kita. Tak perlu mengucapkan terima kasih kepada pembantu yang merawat rumah kita.

Menganggap tak perlu sebab menganggap remeh. Bermula dari hal-hal kecil lama kelamaan kita bisa lupa betapa besar kekuatan terima kasih tersebut. Lalu mulailah lupa kapan dan bagaimana mengucapkannya.

Padahal sesungguhnya terima kasih adalah penghargaan kepada manusia lain yang berbuat baik kepada kita. Apapun konteksnya. Jika rasa menghargai mulai tiada, bagaimana bisa mencintai sesama.

Karena itu saya mengajak anda untuk berterima kasih kepada siapa saja, mulailah dari diri anda dan rasakan apa dampaknya.

Terima kasih telah membaca!