Sunday, 29 March 2009

Nasehat Abah


Siang tadi,sepulang sekolah,saya tidak langsung pulang tapi menuju Rumah Sakit Harapan yang terletak 150meter dari sekolah saya.

Saya kesana untuk menjenguk paman saya yang sudah seminggu dirawat di sana.
Saat saya menunggui paman saya itulah,saya akrab memanggilnya Lik Said,saya mendapat banyak cerita mengenai orang yang begitu saya sayangi dan rindukan namun saya tak punya waktu banyak untuk mengenalnya,ya orang yang diceritakan itulah abah saya.kakak sulung dari paman saya itu.

Cerita ngalor-ngidul itu begitu saya nikmati,cerita betapa 'cerdas'nya abah saya mengakali mbah saya.cerita betapa ayah saya selalu punya cara jitu mengambil hati orang,cerita mengenai ayah saya yang menjadi mahasiswa termuda di arab saudi dulu waktu beliau kuliah disana.cerita mengenai track recordnya yang begitu aneh,nyeleneh.paman saya memilih kata 'antik' untuk abah saya itu.

Siang tadi,saya serasa bertatap muka dengan abah kala muda.banyak orang yang mengenal abah saya,karena kesupelannya.bahkan paman saya mengatakan,hampir semua kyai di jawa,tahu nama abah saya.

Kisah-kisah abah saya yang begitu menarik itu,kapan-kapan mungkin akan saya bagi dengan anda,didapat paman saya justru dari orang lain.Abah tidak suka mengumbar 'keunikan' dirinya,orang lainlah yang mengabarkannya.
Satu hal penting yang saya pelajari dan menjadi inti catatan ini adalah abah tetap dikenang.
Saya berandai-andai,semisal abah masih sugeng,mungkin saya akan lebih dikenali oleh sanak family(bukan berarti saya sekarang tidak mengenal siapa-siapa).
"Owalalah!putrane pak harun temanggung to?"

Mungkin jika abah saya masih ada,sepak terjangnya akan lebih banyak,lebih dikenal.
Lalu saya,sebagai anak,akan ikut pula dikenal.ndompleng.
Tapi tidak,abah telah tiada.abah memang begitu di kenal,tapi tak lantas mewariskan 'ke-terkenal-an' kepada kami,anak-anaknya begitu saja.

Satu hal penting yang saya sadari,abah ingin kami dikenal karena kami sendiri.bukan karena nama Haroen yang melekat di belakang nama kami.Seperti abah yang dikenal karena Haroen,bukan Asrori(nama kakek saya),meski nama abah saya jelas,Ahmad Haroen Asrori.

Ah,saya merindukannya lagi.
Terima kasih Abah,,
Untuk semua yang kau ajarkan dengan perlahan meski kami tak lagi mampu mendekapmu. . .

No comments:

Post a Comment

jangan cuma baca, tapi komen juga ya