Setiap kali kamu
melintasi awan-awan itu, ingatlah
Semula awan sekadar
tetesan, setelah bergulat dengan panas
Jadilah ia seringan
kapas
Semula awan berkarib
dengan tanah, kini ia memenuhi langit yang megah
Kudengar, kau kini
sedang melintasi awan-awan itu menuju sebuah negeri yang belum pernah kujamah
Benarkah?
Benarkah kau
terbang, hingga kakimu melayang, hingga langit itu tinggal sedepa dari dadamu?
Benarkah Tuhan
sedang mengangkatmu begitu tinggi?
Jika benar,
kuingatkan kembali, kau tentu akan menjejak tanah kembali
Kau akan kembali ke
tempat ibumu pernah menimang
Sama seperti awan,
yang menunggu waktu untuk kembali menjadi hujan
Untuk kembali pulang
Jika benar, aku
sekadar mengingatkan, selalu ada pantai-pantai yang menunggu kembali jejak
kakimu
Selalu ada
pucuk-pucuk dahan yang rindu kau kecup embunnya tiap pagi
selalu ada, selalu
ada yang menunggu engkau pulang dengan cerita dari tanah seberang