Hidup di kota besar macam Surabaya, membuat saya lebih membuka mata soal negeri saya sendiri. Surabaya bagi saya merupakan gambaran kecil yang menyeluruh tentang Indonesia. Kemacetan jalan, keruwetan tata kota, kekontrasan pembangunan oleh investor dan pribumi. Berbagai isu sosial yang dulu sebatas saya baca lewat media, kini terpampang jelas.
Bagaimana kemiskinan penduduk dihadapkan oleh pembangunan mal-mal dan apartemen tanpa henti, bagaimana perumahan-perumahan megah terus dibangun sementara dalam radius sepuluh kilometer terdapat pemukiman penduduk yang masih berbahan kardus. Ironis.
Sore ini pula, ketika saya melewati Delta Mall, salah satu mall besar di Surabaya, saya mendapati banyak anak-anak jalanan. Ya,mereka benar-benar anak jalanan dalam arti harafiah. Mereka yang duduk menggelesot di pinggir jalan. Salah satu frame yang saya tangkap dalam memori, seorang bayi berumur kurang lebih 6 bulan dibiarkan tergeletak begitu saja di atas pangkuan anak berusia 2 tahun. Tangan kecil anak berusia dua tahun itu memegang gelas plastic yang ia gerak-gerakkan terus untuk menimbulkan suara gemerincing, mengundang koin-koin para pejalan dan pengunjung untuk mampir ke gelasnya itu.
gambar di ambil dari sini |
Saya merasa dilematis. Di satu sisi, ketika saya harus memberikan uang ke anak kecil itu kemudian berlalu saja, artinya saya semakin menjerat mereka dalam lingkar hitam jalanan tapi jika saya diam saja, maka saya adalah orang apatis dan egois.
Sebelum saya ke Surabaya, kondisi miris semacam itu hanya saya dapati lewat film, koran atau televisi. Sindikat jalanan yang menjadikan anak-anak sebagai kedok dulu hanya saya pahami sebagai scenario tapi kini di hadapan saya sendiri, saya kehilangan kata-kata. Miris.
Sementara itu di dalam delta mall, orang-orang sedang mengahbiskan uang-uang mereka untuk memenuhi gaya hidup hedonis. Saya yakin, anak kecil itu tiap hari membaui aroma ayam goreng dari kfc, mencium bau donat yang lezat dari dunkin donat melihat baju bagus di etalase, sayang mereka hanya sampai pada itu, tidak lebih.
Soal anak jalanan ini baru satu masalah yang berkepanjangan di Indonesia, masalah-masalah lain yang membelit negeri ini masih bejibun. Lantas apa yang bisa saya lakukan setelah kini saya menyandang gelar baru sebagai mahasiswa yang sering disebut sebagai agent of change?
Hari ini saya baru bisa menulis, esok saya harus berbuat lebih. Hari ini saya menulis, agar ketika besok atau lusa saya hendak berleha-leha, saya kembali ingat, ada tugas besar yang menanti saya, menanti seluruh mahasiswa Indonesia, membangun Indonesia menjadi lebih baik dimulai dari sebuah langkah kecil bersama.
Satu topik dengan postingan saya yang ini -> http://bit.ly/gDHIbF
ReplyDeleteMulai langkah besar kita dengan ikut Indonesia mengajar :) *promo alert*
Makanya, lanjutkan perjuangan masmu
dengan ikut PKMM tahun depan, Nad ^^
subhanallah :)
ReplyDeletesenang ada teman seperjuangan yang juga menyadari kalo kita bukan cuma perlu sebatas mengungkapkan kekecewaan kita terhadap masalah2 ekonomi dan sosial di sekitar kita, tapi butuh tindakan konkrit, mulai dari kesadaran dan kemauan kita untuk mulai mengubahnya menjadi lebih baik.
Ga tau mo komentar gimana... :|
ReplyDelete@mas sa'ad:hahaha, ujung-ujungnya PKM lagi, kabur aja ah :P
ReplyDelete@alin: alhamdulilah :) tepat sekali bu dokter, dimulai dari langkah kecil dan langkah bersama :)
@apokpak: lhaa itu sudah komen :D
Hahaha...
ReplyDeletemau gimana lagi Nad,
namanya juga usaha :D
Nggak lah, pokoknya jangan terlalu fokus pada studi di kampus. Karena bagaimanapun, di luar sana masih banyak orang-orang yang menunggu uluran tangan kita.
Apalagi kita adalah mahasiswa. Yang selama ini disebut-sebut sebagai agent of change...
Betul tuh, mahasiswa/mahasiswi kan emang disebut-sebut sebagai agent of minyak tanah... *dikeplak*
ReplyDeletemari kita berjuang bersama untuk hal ini
ReplyDeleteNada..aku jadi bengong, apa yg kita lakuin. bikin tugas. ngomong-ngomong. semoga qt bisa berbuat sesuatu untuk the better world.
ReplyDelete*ngeliatin baju baru dan ngerasa gimana gitu
wew.. nad,
ReplyDeletepadahal I do amaze waktu pertama kali ke surabaya, bener2 catched sama surabaya sparklingnyaaaa
@mas sa'ad: sepakat mas, kita harus jadi mahasiswa yang aktif dan peduli :) ndak cuma care sama tugas. hehe
ReplyDelete@apokpak: *ambil jerigen* *ngejar apokpak* hahaha
@dee: mariiii! saya di timur, kamu di barat :)
@keket: amiiin. semoga dunia tidak memburuk dengan keberadaan kita :)
@teteh: dibalik sparklingnya teh, surabaya punya banyak sisi kelam, sisi kelam metropolitan..
oo.. Sampeyan surabaya ya? Pantesan ada gambar suramadu :D
ReplyDeleteHmm, tentang potret anak jalanan sungguh memprihatinkan. mana buktinya kalo ''anak-anak terlantar dipelihara oleh nagara''
Negara yg mana bung, hehe!!
Salam kenal
Oya mbak,.. Klo boleh usul.. Hilangin donk ferivikasi kata buat komentarnya. Menyusahkan sekali buat yg komentar pake hape seperti saya.. Hehe!
Sy yakin 100% sudah ngetik ferivikasi dg benar tapi malah komennya g masuk..
Ok, cuma saran aja.. Diterima monggo. mboten diterami nggih mboten nopo2.. :D
kasian sekali nasib mereka T.T
ReplyDeleteSemoga pemerintah buka mata
@blog santai: negara yang mengatakan akan mengurus fakir miskin dan anak terlantar :D
ReplyDeleteyup, makasih sarannya. sudah saya laksanakan. hehe :D
@up tekno: iyaaa, kasian banget..
bu nada..tulisan anda begitu menggelitik batin saya.. Ingat,qta dibayar oleh negara utk melakukan suatu perubahan..
ReplyDeleteSebelum terjun ke masyrkt, selesein tugas dlu ya..biar IPnya g jeblok kaya ane..
koreksi;namanya bukan delta mall tapi surabaya plaza/plaza surabaya hehe..
ReplyDeleteberbicara tentang anak jalanan, saya masih percaya edukasi merupakan salah satu jalan untuk memutus rantai kemiskinan.
blogger dari surabaya juga yah? :D
ReplyDeletesalam kenal :)
Like this.. jadilah mahasiswa yang tidak jago kandang.. :D
ReplyDeleteLanjutkan perjuangan Nad..!!!
@fadli: siap pak komting! tapi jangan melulu IP yang dipikirin :P
ReplyDelete@mas fahmi: hehehehe. oke deh, saya edit mas. makasih koreksinya :D yup, saya juga percaya itu, pengen rasanya berbagi ilmu *yang masih sedikit ini* ke mereka..
@Jhon Terro: pendatang sih sebenarnya, tapi sekarang jadi domisili di Surabaya. hehe. yup, salam kenal juga :)