Ibarat pisau, kamu adalah pisau bermata tiga. Kamu adalah pisau yang—kalau pisau biasa dua dimensi bisa mencacah segala benda pada dimensi tiga—bisa mencacah 4 dimensi. Kamu menebas waktu, melipat jarak. Kamu membuat apa yang aku rasakan— jika dihitung secara matematis telah berjalan selama setahun ini—terasa secepat kilat
Tidak, kamu tidak punya ilmu kanuragan atau lipat bumi. Kamu Cuma punya satu, kekuatan mencintai yang tulus dari hati. Kamu mencintai dirimu, mencintai kawanmu, mencintai keluargamu, mencintai hidupmu dengan penuh kekuatan. Kekuatan yang entah bagaimana tidak sampai padaku, atau jika sampai pun tidak pernah berhasil mencacahku. Membagiku menjadi aku yang mencintai kamu dan aku yang membencimu. Aku tetap utuh, aku yang tak bisa membencimu barang sedetik, barang setitik.
Pendekatanku sejauh ini adalah pengamatan, mengintai dari balik buku yang pura-pura kubaca, memindai dari balik layar gadget jinjing yang kubawa kemana-mana dan paling jauh berusaha mendekat dalam batasan radius tertentu. Berharap ada suara merdu yang singgah ke telingaku meski suara itu tak sekalipun menyebut namaku.
Kupikir, ini salahku, aku ingin kau berhasil membagiku tapi aku tak pernah membiarkan diriku mengenalmu. Mengenal kurangmu, menilai lebihmu dan menerima keduanya dengan senyum yang sama. Tunggu, atau aku sudah tahu keduanya namun menyeragamkannya?
Ini gawat, aku mulai buta, aku mulai tak bisa melihat mana kamu yang hebat, mana kamu yang cacat. Aku Cuma melihat satu, kamu yang selalu punya porsi senyum yang tepat, takaran suara yang membuat aku berhenti berdebat dan gerak selincah tupai. Cukup kamu sekelebat dan aku tak akan bisa tidur semalaman.
Kamu yang kupuja, kamu yang mengajariku mencinta, kamu yang kucinta, kamu punya senyum semanis kismis, maukah kamu mengenalku dan menaikanku satu level dari pemuja rahasia menuju kawan sebaya?
Itu saja sudah cukup membuatku bahagia.
Tidak, kamu tidak punya ilmu kanuragan atau lipat bumi. Kamu Cuma punya satu, kekuatan mencintai yang tulus dari hati. Kamu mencintai dirimu, mencintai kawanmu, mencintai keluargamu, mencintai hidupmu dengan penuh kekuatan. Kekuatan yang entah bagaimana tidak sampai padaku, atau jika sampai pun tidak pernah berhasil mencacahku. Membagiku menjadi aku yang mencintai kamu dan aku yang membencimu. Aku tetap utuh, aku yang tak bisa membencimu barang sedetik, barang setitik.
Pendekatanku sejauh ini adalah pengamatan, mengintai dari balik buku yang pura-pura kubaca, memindai dari balik layar gadget jinjing yang kubawa kemana-mana dan paling jauh berusaha mendekat dalam batasan radius tertentu. Berharap ada suara merdu yang singgah ke telingaku meski suara itu tak sekalipun menyebut namaku.
Kupikir, ini salahku, aku ingin kau berhasil membagiku tapi aku tak pernah membiarkan diriku mengenalmu. Mengenal kurangmu, menilai lebihmu dan menerima keduanya dengan senyum yang sama. Tunggu, atau aku sudah tahu keduanya namun menyeragamkannya?
Ini gawat, aku mulai buta, aku mulai tak bisa melihat mana kamu yang hebat, mana kamu yang cacat. Aku Cuma melihat satu, kamu yang selalu punya porsi senyum yang tepat, takaran suara yang membuat aku berhenti berdebat dan gerak selincah tupai. Cukup kamu sekelebat dan aku tak akan bisa tidur semalaman.
Kamu yang kupuja, kamu yang mengajariku mencinta, kamu yang kucinta, kamu punya senyum semanis kismis, maukah kamu mengenalku dan menaikanku satu level dari pemuja rahasia menuju kawan sebaya?
Itu saja sudah cukup membuatku bahagia.
alih-alih menulis tugas paper, saya malah mulai menulis fiksi ^^
menempatkan diri sebagai pemuja rahasia, dan membahasakannya. ah, saya sudah terlalu lama tak ngeblog.. *mulai ngelantur*
kayak lagi baca dairy-nya seorang secret admirer... maksud hati memeluk gunung, apadaya tangan buntung... :D
ReplyDeletehahaha, tangan buntung. hati mutung. haha :D
ReplyDeletewah wah,,sang pemuja rahasia neh ceritanya...
ReplyDeleteiya, ini sebuah cerita pendek dan ceritanya begitu. hahaha
ReplyDeleteOalah. Jadi ini anak TC (baca : tese) yang ikut kompetisi esai mahasiswa :D
ReplyDeletesalam kenal nad :)
Keren blognya.
Jangan lupa diapdet terus ya.
hehehe, iya mas :D waduuuh, saya kok jadi malu :D
ReplyDeleteblog saya jarang saya urusi. hehehe