Aku menulis ini dengan sepenuh kesadaran. Kesadaran bahwa belum tentu kamu membaca dan belum tentu kamu mau tahu aku menulis ini untukmu. Ya, untukmu.
Mengapa harus untukmu? Bukan untuk yang lain saja? Karena aku sudah memilih kamu. Aku memilih kamu bukan karena tak ada yang lain tapi karena aku tak lagi mampu melihat yang lain.
Kamu adalah magnet yang sangat kuat. Kamu adalah kutub utara paling keras kepala yang pernah kukenal, menyebalkan dan tidak pernah mau kalah argumen. Pendapat kita selalu 180 derajat berbeda. Kesepahaman sepertinya adalah keajaiban saja.
Hal remeh temeh seperti apakah makan siang di kantin itu rasanya enak hingga perdebatan serius apakah Indonesia bukan ilusi selalu membuat kita berseteru, tak pernah satu. Maka, akulah kutub selatan dan sesuai dengan hukum alam, perbedaan justru membuat dua hal semakin saling mendekat, melekat.
Aku menikmati semua pertemuan kita yang direncanakan Tuhan tapi tak pernah kita sadari. aku menyukai letupan-letupan dalam perutku tiap kali tanpa sengaja pandangan kita bertubrukan. Aku merindukan senyummu yang lepas, karena setiap kali mengalahkan pendapatku, kamu puas.
Aku merasa sebagai orang yang terlalu dini menyadari kita adalah dua kutub yang berbeda. Aku merasa bodoh karena aku sendiri yang memiliki degupan aneh tiap kali kita berpapasan. Aku tak pernah berhasil tahu apakah kamu merasakan yang sama. Apakah sepertiku, kamu menunggu namaku muncul di layar ponselmu, sekadar sms atau justru telepon. Apakah sepertiku, kamu selalu rajin memantau timeline twitter, untuk mengamati kapan aku serius kapan aku bercanda, kapan aku tidur kapan aku terjaga (aku mulai sadar kamu seorang gadget addict)
Aku penasaran namun aku tak bisa bertanya, karena aku perempuan. Hakikatku menunggu. Menunggu kamu menyapa dan menganggapku bukan lagi sekedar angin lewat atau teman biasa. Menunggumu menjadikanku istimewa.
Apakah aku sedang menunggu sesuatu yang sia-sia?
---
penulis adalah orang yang suka menebar kegalauan. bisa disimak pula lini masanya yang menyebalkan. :-D
Mengapa harus untukmu? Bukan untuk yang lain saja? Karena aku sudah memilih kamu. Aku memilih kamu bukan karena tak ada yang lain tapi karena aku tak lagi mampu melihat yang lain.
Kamu adalah magnet yang sangat kuat. Kamu adalah kutub utara paling keras kepala yang pernah kukenal, menyebalkan dan tidak pernah mau kalah argumen. Pendapat kita selalu 180 derajat berbeda. Kesepahaman sepertinya adalah keajaiban saja.
Hal remeh temeh seperti apakah makan siang di kantin itu rasanya enak hingga perdebatan serius apakah Indonesia bukan ilusi selalu membuat kita berseteru, tak pernah satu. Maka, akulah kutub selatan dan sesuai dengan hukum alam, perbedaan justru membuat dua hal semakin saling mendekat, melekat.
Aku menikmati semua pertemuan kita yang direncanakan Tuhan tapi tak pernah kita sadari. aku menyukai letupan-letupan dalam perutku tiap kali tanpa sengaja pandangan kita bertubrukan. Aku merindukan senyummu yang lepas, karena setiap kali mengalahkan pendapatku, kamu puas.
Aku merasa sebagai orang yang terlalu dini menyadari kita adalah dua kutub yang berbeda. Aku merasa bodoh karena aku sendiri yang memiliki degupan aneh tiap kali kita berpapasan. Aku tak pernah berhasil tahu apakah kamu merasakan yang sama. Apakah sepertiku, kamu menunggu namaku muncul di layar ponselmu, sekadar sms atau justru telepon. Apakah sepertiku, kamu selalu rajin memantau timeline twitter, untuk mengamati kapan aku serius kapan aku bercanda, kapan aku tidur kapan aku terjaga (aku mulai sadar kamu seorang gadget addict)
Aku penasaran namun aku tak bisa bertanya, karena aku perempuan. Hakikatku menunggu. Menunggu kamu menyapa dan menganggapku bukan lagi sekedar angin lewat atau teman biasa. Menunggumu menjadikanku istimewa.
Apakah aku sedang menunggu sesuatu yang sia-sia?
---
penulis adalah orang yang suka menebar kegalauan. bisa disimak pula lini masanya yang menyebalkan. :-D
haha, seperti masa lalu lagi labil2nya...suka dan seringkali menggalau nggak jelas
ReplyDeletesabar yaaa :)
ReplyDelete@sadako: iyaaa, betul sekali. postingan ini memang sengaja untuk penggalauan massal :D
ReplyDelete@mbak fenty: tapi ini bukan curcol kok mbak :D
aku juga merasakan PERSIS seperti yang tertulis di atas.. aku menikmati saja kegalauan ini.. sabar yaaa...
ReplyDeletefrom: dzofar.com
loh, mas dzofar cowok kan? :D
ReplyDelete