PULANG KAMPUNG
deknada
08:09
0 Comments
Kemarin, iseng-iseng saya googling dengan keyword nasi gono. Sebenarnya hanya mau nge-check blog saya ini bisa masuk google apa nggak. Ternyata blog saya yang alamatnya di nadaharoen.multiply.com ada di urutan pertama *^0^ senangnya hatiku*.
Di urutan kedua, ada sebuah website luar negeri * agak nggak nyambung, gono kok pake bahasa prancis*. Nah, di urutan ketiga ini * backsound: jengjeng..* ada satu blog yang juga membahas nasi gono! Langsung deh saya klik!
Setelah saya baca, saya tambah berteriak melonjak-melonjak karena ternyata sodara-sodara, penulis blog itu berasal dari NGADIREJO, saya tulis gede biar dramatis. Sekali lagi, NGADIREJO TEMANGGUNG! Kampung halaman saya! Rasanya seperti ketemu sodara kandung. Kakak saya memang ngeblog sih, sodara saya yang lain yang juga banyak yang aktif blogging. Yang membuat berbeda adalah saya menemukan blogger sekampung halaman tanpa disengaja. Yang bikin yahui lagi, penulis yang bernama mas Ari itu lagi nulis teenlit yang bersetting di NGADIREJO! Mak nyuus banget deh! Saya nggak sabar pengen baca. *mupeng*
pak *ato mas ya?* Ari udah berkeluarga dan udah lama nggak berdomisili di Ngadirejo. Tapi kecintaannya dengan daerah asal nggak pernah luntur. Sampai-sampai bikin teenlit dengan setting kampung halaman sendiri. Secara pribadi, saya nggak kenal beliau secara beliau sudah berumur dan saya masih abegeh. Tapi entah saat saya membaca blognya saya seperti membaca tulisan Oom saya sendiri.
Bagi anda yang belum pernah meninggalkan kota dimana anda tumbuh, mungkin anda akan sulit memahami perasaan ini. Ya saya sendiri sebenarnya nggak jauh-jauh amat meninggalkan Ngadirejo tercinta itu, hanya di Magelang yang jarak tempuhnya nggak sampai 2 jam. Dekat! Tapi tetep aja perasaan haru itu ada ketika ikatan sekampung halaman itu muncul. Saya akui memang saya agak katrok * nggak cuma agak ding, tapi sangat :-D* saya baru tahu ada jaringan paseduluran *atau apa namanya saya lupa* orang-orang Temanggung. Lebih spesifik lagi NGADIREJO! Bukan Parakan atau Bulu, juga Jumo atau Kedu. Ini NGADIREJO!
Saya jadi nggak sabar pengen ikutan jaringan wong Ngadirejo itu. Pengen lebih mengenal Ngadirejo. 15 tahun hidup disana kayaknya yang saya tahu nggak banyak. Sebatas disekitar rumah. Sekarang tambah terhalang sebab tepat di depan rumah ada tower indosat. Lewat jaringan itu bisa nambah sedulur.
Okok, kayaknya nggak asyik banget ngomong gini tapi nggak ada moral value yang bisa diambil. Baiklah, ehm ehm *dehem, tanda nggaya ^^* sejauh apapun kita meninggalkan asal kita, kita tetap akan mengingatnya, kita akan tetap berusaha kembali kesana. Contoh konkretnya, saya setengah bulan sekali pulang kampung ^^. Contoh lebih realnya, mudik. Dan tentunya kita pulang dengan membawa yang baik-baik dong. Kalau kita merasa belum pantas pulang, masih belum sukses, belum pingin pulang kan? Malu kan?
Kita gunakan analogi ini untuk berbicara tentang Allah. Dari Dialah kita berasal, kepadaNyalah kita kembali. *ada yang mau ngeyel nggak mati?*
Masalahnya kapan kita kembali, kita nggak bisa menentukan kan? Kita nggak bisa memilih waktu kan? Lalu coba bayangkan saat kita kembali dan kita belum pantas untuk disebut hambaNya. Kita pulang tanpa bekal apa-apa. MasyaAllah, saya begidik sendiri. Saya menjadi sadar, saya sendiri pun masih begitu. Masih banyak yang harus saya benahi, masih banyak yang harus saya persiapkan. Saya nggak ingin pulang dalam keadaan nggak pantas dan malu dihadapan Allah. Kalau anda bagaimana?
Di urutan kedua, ada sebuah website luar negeri * agak nggak nyambung, gono kok pake bahasa prancis*. Nah, di urutan ketiga ini * backsound: jengjeng..* ada satu blog yang juga membahas nasi gono! Langsung deh saya klik!
Setelah saya baca, saya tambah berteriak melonjak-melonjak karena ternyata sodara-sodara, penulis blog itu berasal dari NGADIREJO, saya tulis gede biar dramatis. Sekali lagi, NGADIREJO TEMANGGUNG! Kampung halaman saya! Rasanya seperti ketemu sodara kandung. Kakak saya memang ngeblog sih, sodara saya yang lain yang juga banyak yang aktif blogging. Yang membuat berbeda adalah saya menemukan blogger sekampung halaman tanpa disengaja. Yang bikin yahui lagi, penulis yang bernama mas Ari itu lagi nulis teenlit yang bersetting di NGADIREJO! Mak nyuus banget deh! Saya nggak sabar pengen baca. *mupeng*
pak *ato mas ya?* Ari udah berkeluarga dan udah lama nggak berdomisili di Ngadirejo. Tapi kecintaannya dengan daerah asal nggak pernah luntur. Sampai-sampai bikin teenlit dengan setting kampung halaman sendiri. Secara pribadi, saya nggak kenal beliau secara beliau sudah berumur dan saya masih abegeh. Tapi entah saat saya membaca blognya saya seperti membaca tulisan Oom saya sendiri.
Bagi anda yang belum pernah meninggalkan kota dimana anda tumbuh, mungkin anda akan sulit memahami perasaan ini. Ya saya sendiri sebenarnya nggak jauh-jauh amat meninggalkan Ngadirejo tercinta itu, hanya di Magelang yang jarak tempuhnya nggak sampai 2 jam. Dekat! Tapi tetep aja perasaan haru itu ada ketika ikatan sekampung halaman itu muncul. Saya akui memang saya agak katrok * nggak cuma agak ding, tapi sangat :-D* saya baru tahu ada jaringan paseduluran *atau apa namanya saya lupa* orang-orang Temanggung. Lebih spesifik lagi NGADIREJO! Bukan Parakan atau Bulu, juga Jumo atau Kedu. Ini NGADIREJO!
Saya jadi nggak sabar pengen ikutan jaringan wong Ngadirejo itu. Pengen lebih mengenal Ngadirejo. 15 tahun hidup disana kayaknya yang saya tahu nggak banyak. Sebatas disekitar rumah. Sekarang tambah terhalang sebab tepat di depan rumah ada tower indosat. Lewat jaringan itu bisa nambah sedulur.
Okok, kayaknya nggak asyik banget ngomong gini tapi nggak ada moral value yang bisa diambil. Baiklah, ehm ehm *dehem, tanda nggaya ^^* sejauh apapun kita meninggalkan asal kita, kita tetap akan mengingatnya, kita akan tetap berusaha kembali kesana. Contoh konkretnya, saya setengah bulan sekali pulang kampung ^^. Contoh lebih realnya, mudik. Dan tentunya kita pulang dengan membawa yang baik-baik dong. Kalau kita merasa belum pantas pulang, masih belum sukses, belum pingin pulang kan? Malu kan?
Kita gunakan analogi ini untuk berbicara tentang Allah. Dari Dialah kita berasal, kepadaNyalah kita kembali. *ada yang mau ngeyel nggak mati?*
Masalahnya kapan kita kembali, kita nggak bisa menentukan kan? Kita nggak bisa memilih waktu kan? Lalu coba bayangkan saat kita kembali dan kita belum pantas untuk disebut hambaNya. Kita pulang tanpa bekal apa-apa. MasyaAllah, saya begidik sendiri. Saya menjadi sadar, saya sendiri pun masih begitu. Masih banyak yang harus saya benahi, masih banyak yang harus saya persiapkan. Saya nggak ingin pulang dalam keadaan nggak pantas dan malu dihadapan Allah. Kalau anda bagaimana?