Thursday, 28 December 2017

Tentang Perdebatan

03:40 0 Comments
Boi,
Masih ingat kah kau dengan bangku di depan kelas perkuliahan kita yang terbuat dari semen kaku itu? Yang selalu dingin dan berat, tapi penuh dengan canda dan tawa para mahasiswa yang sedang melupakan bagaimana susahnya tugas akhir semester.

Kita pernah duduk di bangku itu, Boi. Di bawah pohon akasia yang daunnya malu-malu, enggan rimbun juga enggan luruh, kita berdebat dengan seru. Yang lain menyebut kita berdebat sengit karena kita memperdebatkan soal apakah Indonesia ini perlu dianggap sebagai bangsa.

Kau, Boi, dengan jiwa nasionalisme yang menggebu itu, bersikukuh Indonesia ini bangsa. Kita disatukan oleh sejarah, sejarah kaum terjajah. Katamu, Boi, bangsa ini berdarah-darah menjadi satu agar lepas dari belenggu. Kau sibuk menyebut nama, tahun dan tempat. Mirip seperti buku sejarah jaman SMA yang sarat hapalan.

Kau, Boi, tak sependapat denganku karena aku merasa tak ada itu bangsa Indonesia. Yang ada itu Negara. Kita tak pernah satu karena sejarah, kita bersatu karena terpaksa secara administrasi. Bangsa adalah hal yang lain dari negara. Bangsa adalah suku. Aku menyebut tahun yang lebih lampau, berceritera bahwa bangsa Jawa punya sejarah yang jauh berbeda dari Bangsa Ambon. Bagaimana bisa budaya yang begitu berbeda kau satukan begitu saja menjadi bangsa, Boi? Aku rapal segara teori yang aku hapal, mendebatmu dengan lugu.

Tentu malam itu kita tak bertemu kata sepakat. Mungkin hingga hari ini, Boi. Kau selalu bersikukuh Indonesia itu bangsa, aku teguh bahwa Indonesia ini Negara.

Tapi kita kini sepakat, Boi, Indonesia itu rumah, tempat pulang yang selalu hangat.

Debat itu Boi, mana ada yang peduli, selain kita. Kawan-kawan di sekeliling kita sedang sibuk menghitung algoritma Binary Search yang paling efektif. Apa yang kita perdebatkan, selain tak penting juga nirfaedah bagi mareka.

Disitulah aku tahu, Boi, kau adalah orang yang akan antusias membahas dunia ini bersama. Meski pendapat kita berbeda, meski jalan kita tak sama.

Iya, Boi, kita sepakat untuk tidak sepakat pada hal-hal yang orang lain pun tak akan pernah sempat berdebat.

Kau ingat bangku itu kan, Boi?



Jakarta, 28 Desember 2017

image source