Sewaktu saya masih
menyiapkan studi lanjut saya, ada beribu pertanyaan yang menghampiri.
Beruntungnya, saya memiliki teman-teman yang bisa saya tanyai langsung untuk
mendapatkan info apa dan bagaimana kuliah di UK. Semoga teman-teman saya yang
baik hati itu, tidak bosan saya tanyai terus-terusan karena alhamdulilah
akhirnya saya bisa meneruskan jejak mereka.
Setelah saya kuliah,
kini giliran saya yang dapat banyak pertanyaan. Baik dari teman-teman dekat,
teman tidak terlalu dekat sampai orang asing yang entah bagaimana caranya bisa
menemukan saya itu. Pertanyaan-pertanyaan itu juga begitu banyak dan saya rasa
saya perlu membagikan jawaban-jawaban saya itu di blog. Bukan untuk pamer, tapi
untuk membantu mereka yang masih punya pertanyaan dan belum puas dengan
jawaban-jawaban yang ada.
Tulisan ini saya
bagi dalam tiga bagian dengan format Q&A. Bagian pertama untuk mereka yang
masih ditahap belum menentukan dan belum mendapatkan sekolah. Bagian kedua
untuk mereka yang sudah mendapatkan sekolah dan mempersiapkan diri untuk
berangkat dan Bagian ketiga untuk mereka yang baru saja sampai. Semoga tulisan
ini bisa membantu.
Bagian Satu : untuk mereka yang ingin menentukan
kuliah lagi atau tidak dan sedang memilih kampus tujuan
Bagian ini biasanya
dimulai dengan pertanyaan, bagaimana rasanya kuliah di UK dan apa bedanya
dengan kuliah di Indonesia.
Q: Nada, bagaimana rasanya kuliah di UK?
A:
Menyenangkan dan menegangkan. Jawaban ini sebenarnya bisa sangat subjektif
karena pengalaman setiap orang berbeda. Jawaban saya ini pun tidak dapat
dijadikan jawaban general bahwa semua yang kuliah di UK mengalami apa yang saya
alami. Okay, lanjut ke jawaban saya. Mengapa menyenangkan? Karena fokus studi
saya berubah dari semula murni engineering
menjadi lebih ke arah bisnis. Pendidikan S1 saya tempuh di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember di bidang Teknik Informatika. Sehari-hari semasa kuliah saya
disibukkan dengan tugas yang mayoritas tugas coding. Ilmu coding saya dapatkan
dari kampus dan buku diktat untuk algoritma. Saya jarang baca paper karena
jarang mata kuliah mewajibkan saya untuk membaca paper. Yang ada adalah buku
diktat tebal dengan tugas-tugas coding yang tanpa henti. Akhir pekan biasanya
saya habiskan di kampus apalagi jika sudah mendekati akhir semester saat jadwal
demo final project mulai datang satu per satu. Di teknik informatika, mahasiswa
dituntut untuk bisa menganalisa masalah, memecahkannya dengan seefisien mungkin
dan membahasakannya dalam bahasa pemrograman. Bahasa pemrograman menuntut
ketelitian luar biasa, karena satu karakter yang salah saja cukup untuk
mengacaukan program yang dibuat. Dan sering kali error dalam program (biasa
disebut bug) yang membuat saya susah tidur. Mengapa saya perlu menjelaskan ini
panjang lebar? Karena ini akan memberikan gambaran bagaimana saya bisa
mengatakan kuliah S2 itu menyenangkan.
Saya
mengambil pendidikan master saya di University of Warwick, tepatnya di Warwick
Business School dengan course
Information System Management and Innovation atau biasa disebut ISMI. Wait, kok pindah jurusan sih, Nad? Salah satu
alasan utama kenapa saya mengambil jurusan saya ini karena saya menyadari untuk
membuat software, saya tidak hanya belajar bagaimana suatu software itu dibuat
tapi juga bagaimana mengelola software dan orang-orang yang terlibat dan
menggunakannya. Sisi sosial dari software ini yang ingin saya pelajari karena
menurut ini sama pentingnya dengan sisi teknis.
Dalam
perkuliahan master, tidak ada mata kuliah yang mengajarkan ngoding sama sekali.
Inilah alasan menyenangkan pertama. Bukan karena saya benci ngoding tapi karena
terlepas dari beban testing, debugging, rewriting program itu menyenangkan
juga. Kuliah saya lebih banyak tentang mempelajari kasus-kasus bidang IT
dipandang dari sudut manajemen dan sosial. Karena itu, setiap sebelum
perkuliahan akan ada paper-paper yang harus dibaca. Jika semasa S1, buku diktat
adalah panduan utama, di S2 ini buku justru jadi rujukan kedua setelah paper.
Paper dianggap sebagai bahan utama karena pembahasan yang lebih mendalam
daripada buku. Tugas-tugas saya sendiri adalah tugas kelompok dan tugas essay.
Disinilah
hal menegangkan itu muncul. Menulis essay. Jika itu terjadi di kuliah S1 saya,
saya akan sangat bersyukur disuruh menulis essay daripada menulis program. Tapi
ternyata menulis essay pun tak mudah. Di UK, aturan mengenai plagiarisme diatur
sangat ketat, kedalaman analisis juga benar-benar dinilai. Jadi tak hanya
sekadar menyalin apa yang tertulis di buku diktat. Essay yang bagus adalah
essay yang menunjukkan kualitas berpikir kritis dengan analisa mendalam
didukung dengan dasar teori yang kuat. Untuk menghasilkan satu essay yang bagus
saya harus membaca belasan hingga puluhan paper dulu, ditambah setumpuk
buku-buku diktat. Sudah terbayang menegangkannya?
Di
UK, nilai juga sangat ketat. Disini 70 adalah nilai distinction. Semacam nilai
A jika di Indonesia. Sementara batas lulus adalah 50 untuk master. Mudah kah
dapat 70 untuk essay? Untuk saya, SUSAH. Meskipun pernah, itu harus ngos-ngosan
dulu dan tidak tidur berhari-berhari. Meskipun banyak mahasiswa Indonesia lulus
distinction (semacam cumlaude), yang lulus dengan nilai ngepas dan bahkan tidak
lulus juga ada.
Di
UK juga essay-essay itu biasanya diberikan setelah masa perkuliahan selesai,
artinya liburan adalah liburan semu karena saat itulah kita harus mengerjakan
essay. Yang menyenangkan, akses paper yang berlimpah, ilmu-ilmu baru yang terus
berkembang tanpa terlalu sibuk dikurung dalam sekat, ruang belajar yang
mendukung dan teman diskusi yang banyak membuat iklim belajar disini meskipun
menegangkan tetap menyenangkan. Sampai sini, masih ingin sekolah di UK?
Q: Masih dong. Kan ingin dapat pengalaman belajar di
luar negeri. Tapi mahal ya?
A:
Iya. MAHAL. Pake banget. Tapi alhamdulilah saya mendapatkan beasiswa.
Q: Beasiswa apa? Bagaimana cara mendapatkannya?
A:
Beasiswa yang tersedia sebenarnya banyak, tapi yang populer di Indonesia adalah
LPDP dan Chevening. Saya sendiri penerima beasiswa LPDP. Untuk tahu LPDP itu
apa, bisa langsung cek di website lpdp http://www.lpdp.depkeu.go.id/.
Termasuk persyaratan pendaftarannya apa saja dan bagaimana prosesnya. Kalau
memang ingin sekali mendapatkan beasiswa LPDP, saran saya baca sampai tuntas
website lpdp dan jangan sampai menanyakan hal-hal yang jawabannya sudah jelas
ada di website seperti, "Syarat IPK berapa?" atau "Dokumen apa
saja yang perlu disiapkan?". Saya kurang semangat menjawab pertanyaan
macam itu karena artinya orang yang menanyakannya kurang serius dalam
mempersiapkan diri untuk mendapatkan beasiswa. Kalau informasinya tidak
tersedia di website, barulah layak untuk ditanyakan.
Yang
harus diingat, jawaban saya tidak mewakili jawaban resmi dari LPDP karena
jawaban resmi LPDP hanya ada di laman resmi LPDP. Jawaban saya adalah
jawaban-jawaban pribadi sebagai seorang awardee LPDP. Sebenarnya ini termasuk
pertanyaan syarat masuk Warwick apa saja dan dokumen apa saja yang perlu
disiapkan, berapa skor IELTS yang diminta. Karena informasi ini sudah ada di
website University of Warwick (dan juga mayoritas Universitas di UK) tertera
dengan lengkap dan jelas. Kuncinya satu, kalau memang ingin kuliah di UK,
jangan malas mencari informasi dan membaca dari website-website. Itulah sumber
utama, pertanyaan ke teman-teman atau tulisan semacam ini hanyalah sumber
pelengkap dan tersier saja.
Kembali
ke persoalan bagaimana saya mendapatkan beasiswa, saya saat itu mengikuti
proses pendaftaran beasiswa berbarengan dengan mendaftar kuliah di University
of Warwick. Saya menyiapkan semua dokumen untuk beasiswa, mulai dari ijazah
sampai essay. Saya juga menyiapkan diri untuk wawancara. Untuk wawancara, saran
saya hanyalah satu, kenalilah dirimu sendiri dan tujuanmu. Mengapa ingin kuliah
lagi, apakah memang ada tujuan atau sekadar ingin karena menurutmu itu sedang
trend. Bagaimana mengenali diri sendiri dan tujuan studi akan sangat menentukan
arah dan hasil wawancara.
Q : Kalau untuk kuliah, ceritakan dong sampai diterima
di University of Warwick!
A:
Saya termasuk orang yang dari awal sudah tahu akan kuliah dimana dan saya pun
tidak mendaftar ke universitas lain. Beruntungnya saya dinyatakan diterima
seminggu setelah semua berkas saya lengkap. Sangat cepat dibandingkan dengan
universitas lain yang bisa menunggu sampai tiga bulan lamanya. Saat itu, saya
masih kurang hasil test IELTS, jadi saya masih diterima bersyarat. Dokumen yang
saya miliki, Conditional Letter, itulah yang saya bawa saat wawancara LPDP.
Begitu saya mengirimkan hasil IELTS saya yang memenuhi persayaratan, saya
mendapatkan Unconditional Letter. Setelah saya dinyatakan diterima, pihak
kampus juga meminta saya untuk mengirimkan dokumen-dokumen via pos. Untuk ini,
setiap universitas memiliki kebijakan yang berbeda. Ada yang verifikasi dokumen
dilakukan saat daftar ulang tapi ada juga yang seperti University of Warwick.
Tiga
pertanyaan itu adalah pertanyaan yang paling banyak saya dapatkan untuk tahap
satu, kalau ada jawaban yang terasa pedas dan kurang manis, begitulah
kenyataannya. Saya tidak akan mengatakan kuliah di UK itu menyenangkan dan
mudah, saya cuma mengatakan, kalau saya bisa, kamu juga bisa. :)
Saya berasal dari
Temanggung, kabupaten di Jawa Tengah. Tinggal pun di kecamatan, bukan di pusat
kota. Kalaulah saya yang anak desa biasa-biasa saja ini bisa, kamu juga bisa.
:)
Jika merasa ada
pertanyaan yang belum terjawab, bisa dipost di kolom komentar. Saya akan
kembali dengan posting Q&A bagian dua dan tiga! Semoga membantu!