Monday, 6 January 2014
Thursday, 2 January 2014
Setiap orang selalu memiliki batas toleransi, batas pengertian dan batas kesabaran sebab memang sejatinya manusia adalah keterbatasan itu. Pun aku, punya keterbatasan. Banyak kekurangan.
Mengenal manusia lain, adalah mengenal keterbatasan diri. Apa yang orang lain bisa dan kita tidak? Mengapa kita tidak bisa? Belajar bercermin dan membenahi diri adalah kunci untuk menekan segala keterbatasan yang tak berbatas itu.
Mengenal kamu adalah (seperti) mengenal manusia. Dengan watak unik, dengan sikap yang (kadang) nyentrik.
Sejak awal aku percaya, tak ada yang sempurna. Terlebih aku. Aku penuh alpa, aku bisa lupa, aku bisa salah kapan saja. Aku mengakui aku salah, aku menyadari aku berbatas. Aku mengakui dengan sepenuh hati. Namun rupanya, hidup berdampingan dengan kamu yang serupa malaikat, selalu benar, membuat batasku makin ditekan.
Kamu yang selalu benar, kamu yang merasa selalu punya alasan benar untuk semuanya. Kamu yang... seolah malaikat.
Aku ingin hidup berdampingan dengan manusia saja, yang sadar ia bisa salah dan lupa. Yang mengenal maaf dengan hatinya tanpa orang lain perlu bersungkur di kakinya.
Apakah aku salah bergaul?