Semula, aku tidak begitu peduli padamu. Bahkan, untuk tahu siapa namamu aku tak tergerak sama sekali. Dimataku, kamu tak ubahnya seperti gadis lain, cerewet, cuka mencari perhatian dan manja. Satu lagi, kamu keras kepala. Pertemuan pertama kita membuatku langsung membuatku menilai begitu padamu. Gerak-gerikmu yang lincah dan kenes membuatku sedikit muak. Sedikit saja sebab ternyata pada pertemuan berikutnya aku merasa muak jika aku tidak melihat gerak-gerikmu itu.
Jujur, kamu sangat menyebalkan. Kamu adalah gadis keras kepala yang selalu membuatku beradu argument. Kamu selalu merasa kamulah yang paling benar, kamulah yang paling mengetahui seolah kamu adalah yang paling bijaksana. Ini membuat harga diriku sebagai lelaki terusik. Kamu selalu saja menganggapku tak pernah bisa apa-apa. Kamu memang begitu menyebalkan, kamu selalu mencari kesalahan-kesalahanku. Namun, di saat yang sama kamu adalah satu-satunya yang membuatku berusaha dan merasa berarti. Kamu selalu menyajikan sajak-sajak dari lapak kata-katamu sehabis kita beradu argument dan jujur saja, itu yang membuatku jatuh berkali-kali.
Kamu orang yang sangat keras kepala sekaligus lembut, kamu tidak pernah mau mengakui suatu hal secara terang-terangan di hadapanku. Semua kau buat berbelit-belit dulu, baru setelah aku lelah kamu tersenyum nyengir dan membuatku gemas. Kamu selalu membuatku kehilangan kata-kata setiap mendengar kata tolong dan terima kasih dari bibirmu. Kamu selalu meluruhkan pertahananku terhadap kamu. Kamu selalu begitu dan selalu kamu yang begitu kepadaku.
Hal menyebalkan lain adalah, kamu sangat cuek. Kamu tidak peduli aku berkata jilbabmu norak, atau suaramu cempreng. Kamu terus saja asyik menulis saat aku bilang kamu tidak peduli dan egois. Kamu, kamu, kamu benar-benar m embuatku lelah. Bahkan, saat aku bilang kamu begitu menarik kamu hanya menatapku tanpa ekspresi apa-apa. Sulit, sulit sekali mencuri perhatianmu. Kadang, jika sedang beruntung aku mendapat senyummu.
Satu hal yang membuatku terus menjagamu dalam benakku adalah kenyataan bahwa kamu adalah gadis biasa saja yang mampu membuat intelegensiaku mendadak hilang saat kita beradu pandang. Kamu adalah gadis biasa yang luar biasa, yang memberiku semacam transfer semangat spontan di saat kita bersua.
Sayangnya, sebelum aku sempat mengatakan semua itu, kau terburu-buru pergi. Sebelum aku mengkhitbahmu, kau sudah tak sabar menjadi bidadari surga. Aku yakin, kau menungguku di sana bukan? Aku yakin sebab catatan terakhir yang kau bubuhkan dalam secarik kertas lusuh di ujung senja itu yang bertuliskan ”Di dekatmu, membuatku merasa aman. Mendengarmu, hidup menjadi lebih ringan. Bersamamu, aku yakin kau akan membawaku menuju Jannah-Nya”
Sayangnya, kau terlalu terburu-buru menemuinya..
Jujur, kamu sangat menyebalkan. Kamu adalah gadis keras kepala yang selalu membuatku beradu argument. Kamu selalu merasa kamulah yang paling benar, kamulah yang paling mengetahui seolah kamu adalah yang paling bijaksana. Ini membuat harga diriku sebagai lelaki terusik. Kamu selalu saja menganggapku tak pernah bisa apa-apa. Kamu memang begitu menyebalkan, kamu selalu mencari kesalahan-kesalahanku. Namun, di saat yang sama kamu adalah satu-satunya yang membuatku berusaha dan merasa berarti. Kamu selalu menyajikan sajak-sajak dari lapak kata-katamu sehabis kita beradu argument dan jujur saja, itu yang membuatku jatuh berkali-kali.
Kamu orang yang sangat keras kepala sekaligus lembut, kamu tidak pernah mau mengakui suatu hal secara terang-terangan di hadapanku. Semua kau buat berbelit-belit dulu, baru setelah aku lelah kamu tersenyum nyengir dan membuatku gemas. Kamu selalu membuatku kehilangan kata-kata setiap mendengar kata tolong dan terima kasih dari bibirmu. Kamu selalu meluruhkan pertahananku terhadap kamu. Kamu selalu begitu dan selalu kamu yang begitu kepadaku.
Hal menyebalkan lain adalah, kamu sangat cuek. Kamu tidak peduli aku berkata jilbabmu norak, atau suaramu cempreng. Kamu terus saja asyik menulis saat aku bilang kamu tidak peduli dan egois. Kamu, kamu, kamu benar-benar m embuatku lelah. Bahkan, saat aku bilang kamu begitu menarik kamu hanya menatapku tanpa ekspresi apa-apa. Sulit, sulit sekali mencuri perhatianmu. Kadang, jika sedang beruntung aku mendapat senyummu.
Satu hal yang membuatku terus menjagamu dalam benakku adalah kenyataan bahwa kamu adalah gadis biasa saja yang mampu membuat intelegensiaku mendadak hilang saat kita beradu pandang. Kamu adalah gadis biasa yang luar biasa, yang memberiku semacam transfer semangat spontan di saat kita bersua.
Sayangnya, sebelum aku sempat mengatakan semua itu, kau terburu-buru pergi. Sebelum aku mengkhitbahmu, kau sudah tak sabar menjadi bidadari surga. Aku yakin, kau menungguku di sana bukan? Aku yakin sebab catatan terakhir yang kau bubuhkan dalam secarik kertas lusuh di ujung senja itu yang bertuliskan ”Di dekatmu, membuatku merasa aman. Mendengarmu, hidup menjadi lebih ringan. Bersamamu, aku yakin kau akan membawaku menuju Jannah-Nya”
Sayangnya, kau terlalu terburu-buru menemuinya..
sang pemuda meninggalkan surat ini diatas makam sang gadis. tepat, 10 hari sebelum mereka menikah