Friday, 13 December 2013

Taman

05:10 0 Comments
Keukenhof, sebuah tempat yang kamu janjikan. Sebuah tempat yang katamu selalu membuat kamu terlepas dari dimensi waktu. Tempat di mana kamu selalu merasa tak ada yang lain selain keindahan dan kedamaian. Sebuah tempat di mana bunga-bunga mekar begitu indahnya.

Kamu selalu ingin membawaku ke taman-taman indah di seluruh dunia, seperti Keukenhof itu. Karena itu tak lelahnya kamu bekerja, mengumpulkan uang yang kamu rasa tak pernah cukup untuk bisa membawaku melihat taman-taman indah itu. Kamu merasa cara mencintai terbaik adalah dengan menunjukkannya semaksimal yang kamu mampu, dengan membawaku ke taman yang kamu puja itu.

Hingga akhirnya kamu terbaring di sini, sekarang, kelelahan dan sakit. Menatapku dengan pandangan sesal dan air mata yang kamu tahan. Karena itu, dengarlah sayang, sekali ini saja.

Cinta bukan soal ke mana kamu bisa membawaku, tapi soal di mana saja kamu bisa bersamaku. Cinta bukan soal sebagus apa rumah yang kamu bangun untukku, tapi seberapa mampu kita menjadi rumah bagi satu sama lain. Cinta soal menerima satu sama lain apa adanya dan merasa bahagia.

Kamu tak perlu membawaku ke mana-mana sayang, keberadaanmu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasakan kembali perasaan indah yang sejak pertama kali bertemu gagal kita terjemahkan itu. Kamu, dengan caramu yang sederhana saja, membuatku selalu bersyukur kita bersama.

Cinta bukan bagaimana kamu membahagiakanku atau aku membahagiakanmu, cinta adalah kita sama-sama merasa bahagia, sayang. Cinta bukan kehilangan waktu untuk membahagiakan yang lain, cinta adalah merasa bahagia ketika menghabiskan waktu bersama.

Jadi sayang, tak perlu lagi kau kejar Keukenhof, taman sejuta bunga yang katamu akan membuatku bahagia. Cukup nikmati senja berdua denganku, di teras rumah kita. Menikmati bunga-bunga yang sedang bermekaran di taman kecil kita. Memang jumlahnya terbilang hitungan jari, namun bukankah waktu bersamalah yang tak bisa kita beli?

Berjanjilah sayang, selepas kau sembuh nanti, kau akan mencintaiku dengan sederhana. Karena aku pun, mencintaimu apa adanya dan itu sudah sangat membuatku bahagia. Berjanjilah sayang, kita akan menghabiskan waktu berdua, tak perlu ke mana-mana. Cukup di taman depan rumah kita sambil menikmati sajak yang pernah kamu bacakan untukku.



Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding perdamaian
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang
Kecil, penuh surya taman kita

tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan pendek ini, saya bacakan saat Festival Seni Surabaya akhir November lalu. Terinspirasi dari puisi di atas. Taman - Chairil Anwar.

Wednesday, 27 November 2013

Panataran Ekspress, Journey to Malang.

02:30 0 Comments
Last week was the first time for me to go to Malang by train. Actually, there are two options if you want to go to Malang from Surabaya, Panataran or Panataran Ekspress. The difference between thewe two are price and time. Panataran is only cost 4000IDR, meanwhile Panataran Ekspress is much more expensive, 20000IDR. But this price is worthed, you just need 2 hours to travel from Surabaya to Malang by Panataran Ekspress. That's why, I choose Panataran Ekspress.

My Tickets
On my first way, Surabaya - Malang, I was a bit dissapointed because the train was late due some technical problem. So I spend more than 2 hours on train. But, I enjoyed because it wasn't crowded. Here are some looks on the train.

Source power, you can use your laptop or smart phone with no worries of lack power

Usually, when I travel, I am worried about electricity since my smartphone battery can drop so fast when I am using it along the way. Altough I have power bank, I feel assured more when there is an power source (socket outlet) so I can charge my phone. I found two socket outlets in every seat, that makes me enjoy the train more!

The Air Conditioner is also good enough. Usually, in Indonesia when you travel using public transportation in economy class, there is no AC. But PT KAI ( Indonesia company that manage train) now has new rule, economy class also has AC.

If you go to Malang or to Surabaya using Panataran Ekspres on weekdays, there are only few passengers. But on the weekend, all seats are full.  So, I suggest you to buy the ticket one week before if you want to use this train. Don't buy it on the same day as you travel.

Here's the train schedule.
From Surabaya Gubeng Station 7.10 AM, 12.25 AM and 5.45 PM Everyday
From Malang Kota Baru Station 4.30 AM, 9.50 AM, 3.10 PM Everyday
Promotion Banner
Panataran Ekspres
If you want to go to Malang from Surabaya, I reccomended this to you! Happy traveling!

Friday, 25 October 2013

200 Kata

07:37 0 Comments
Dari milyaran manusia di dunia, hanya ribuan orang yang pernah berinteraksi denganku. Dari ribuan orang itu, hanya seratus yang memiliki kenangan menarik. Dari seratus orang, hanya satu orang yang dengannya setiap kenangan selalu kurindukan. Kamu.

Kamu, yang menemaniku sejak aku hanya satu sel di rahim Emak. Kamu, yang menemaniku bersama-sama melihat dunia pertama kali. Kamu, yang menjadikan kenangan masa kecil penuh canda dan gelak tawa. Kamu, yang membuat sesengit apapun perdebatan—seperti apakah mahasiswi hukum itu lebih keren dari mahasiswi pertanian—menjadi layak dikenang.

Kamu dan segala kenangan itu semakin kurindukan saat kita mulai berpisah beda kota untuk menuntut ilmu yang berbeda. Kamu dan segala kenangan itu menusukku tepat di ulu hati, setiap hari, dengan rasa rindu tak terperikan sejak kamu menghilang pada suatu hari di Mei 98. Kata orang-orang kamu diculik, Emak dan Bapak panik. Segala informasi terakhir tentangmu kutelisik, tapi tak ada kejelasan.

Kini, setelah kita bersama-sama lagi di tempat ini dan mendengar langsung darimu bagaimana saat itu kamu disiksa hingga meregang nyawa hanya karena mencoba melahirkan reformasi, benakku penuh tanda tanya, apakah mereka yang menyiksamu adalah manusia tanpa kenangan dengan orang yang selalu mereka rindukan? Tak pernah ada jawaban pasti, hanya kulihat dari sini, Indonesia semakin mendung.

---
Sebuah cerpen yang saya ringkas menjadi 200 kata :)

Saturday, 12 October 2013

Gap

04:41 0 Comments
Perjalanan Magelang - Ngadirejo pagi tadi cukup melelahkan. Setelah semalaman antri di pool Eka dan baru mendapat seat jam 12, duduk selama 9 jam kemudian berdiri selama 100 menit di bus yang penuh sesak itu jelas melelahkan. Namun demi bertemu keluarga dan ponakan tersayang, saya kuatkan diri dan ingat niat awal. Menghabiskan waktu idul adha bersama kelurga.

Sewaktu sampai di terminal lama Temanggung, ada dua penumpang naik. Seorang pelajar dan ibunya, setelah berbelanja laptop. (Dari pengamatan saya, soalnya si anak bawa kardus laptop dan tas laptop baru). Mereka berdiri tepat di belakang saya, dan mau tak mau saya pun mendengar obrolan mereka.

Si anak, yang nampaknya pelajar SMA (atau SMK?) bercerita soal banyak hal ke Ibunya. Si Ibu juga bertanya dengan penuh antusias. Namun, saya rasa ada gap dalam percakapan mereka.

Ibu: Jadi kamu ngga libur habis semesteran?
Anak: Ya ngga lah bu, ini kan midsemester. bukan semester.

Dari percakapan di atas, si anak menyampaikan dengan gaya ih-ibu-gimana-sih-namanya-midsemester-mana-ada-libur. Si Ibu yang nampaknya waktu jaman bersekolah dulu belum mengenal istilah midsemester, manggut-manggut saja.

Percakapan berlanjut waktu si anak bercerita tentang ulangan di kelas yang mudah karena soal-soalnya sudah pernah diajukan.

Ibu: Oh berarti itu tinggal fotokopi aja?
Anak: Ngga lah, tinggal copy paste aja.

Si Ibu, kembali terdiam dan manggut-manggut saja. Dari pengamatan saya, si Ibu nampaknya sama seperti umumnya ibu-ibu di daerah temanggung. Ibu rumah tangga yang membantu suaminya bekerja di sawah, tidak mengenyam pendidikan tinggi ( tingkat pendidikan di Temanggung memang masih rendah). Hal ini saya simpulkan dari percakapan Anak-Ibu itu yang ketika sudah mencapai gap, obrolan terhenti.

Anak: Jadi waktu ulangan kemarin itu ada yang bawa tablet gitu, curang banget coba masa buka google.
Ibu: .....

Untuk kita, yang telah terbiasa dengan teknologi, merasa tak ada yang asing dengan cerita-cerita si anak. Namun, bagi Ibu yang tak pernah bersentuhan dengan teknologi, tentu dunia si anak ini menjadi dunia asing yang penuh dengan istilah-istilah asing-asing.
Kita sudah tak asing lagi dengan istilah google, tapi untuk Ibu yang tak pernah mengecap internet, tentu Google terasa asing sekali. Yang saya sedihkan adalah cara si anak menyampaikan ke ibunya, seolah ibunya paham dan kalau si ibu ngga paham ya salah sendiri.

Gambar diambil di sini


Mendengar percakapan-percakapan itu, saya menilik ke dalam diri saya sendiri dan juga bagaimana saya berinteraksi dengan Ibu soal teknologi. Dan juga menerawang ke depan, bagaimana kelak saya dan anak saya berinteraksi dengan teknologi.

Tak bisa dipungkiri, perbedaan jaman melahirkan perbedaan teknologi. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang tak hanya linear, tapi quadratic. Berkembang pesat. Mungkin kelak, laptop, modem, google adalah hal usang untuk jaman calon anak saya.

Semoga gap itu tidak menjadikan saya merasa lebih dari orang tua, dan semoga kelak gap itu tidak memisahkan saya dan anak-anak saya kelak di jaman mereka :)