Thursday, 26 January 2012

Kesan Pertama begitu menggoda...

03:14 2 Comments

Semua ini bermula dari rasa ingin tahu saya, saya ingin tahu bagaimana kesan pertama tentang saya yang melekat di benak kawan-kawan dan kerabat saya. Karena rasanya aneh kalau tiba-tiba nodong tanya kesan pertama, saya akhirnya membagi kesan pertama saya dulu tentang mereka, tentang orang yang ingin saya ketahui bagaimana kesan pertamanya terhadap saya.

Diluar dugaan saya, hashtag #kesanPertama yang saya buat merembet luas dan menarik perhatian teman-teman saya dan mereka akhirnya ikut bermain juga, membagikan kesan pertama mereka ke teman-teman lain.

Menjadi menyenangkan ketika pada pertemuan pertama ada yang mengira saya pendiam sementara yang lain bilang saya heboh, ada yang bilang saya alim, ada yang bilang saya keras kepala. Sampai akhirnya ada satu follower saya yang menyimpulkan saya itu kompleks karena keberagaman kesan pertama terhadap saya.

Buat saya, mengetahui kesan pertama menjadi semacam flash back pertemuan pertama saya dengan orang tersebut. Menyenangkan mengingat kembali bagaimana teman-teman saya mengingat kini yang berbeda dengan kesan pertama yang mereka tangkap. Meskipun beberapa dari mereka menangkap kesan yang sampai sekarang masih ada. Hehe..

Dan ternyata yang lebih menyenangkan lagi ketika tahu ’permainan’ saya ini dinikmati oleh yang lain. Teman-teman TC *istilah untuk jurusan saya, teknik informatika—yang waktu pertama kali lahir bernama teknik computer—ITS* termasuk senior akhirnya ikut berbagi kesan pertama juga. Juga teman SMA saya yang akhirnya membagikan kesan pertamanya ke kawan-kawan kampusnya. Begitu juga dengan kawan blogger yang akhirnya menyebarkan virus kesan pertama itu juga.

Satu yang bisa saya simpulkan, satu pertemuan yang singkat seringkali tidak cukup untuk mengenal seseorang. Seni bersosialisasi adalah proses mengenal orang-orang dalam lingkungan kita hingga kita mengenal betul dan bisa terikat secara emosional. Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari kesan pertamanya saja. Setiap pribadi itu memiliki keunikan masing-masing yang selalu menarik untuk dikulik. Itulah kenapa saya suka berteman dengan banyak orang.

Sebisa mungkin, saya menjadi diri saya sendiri sejak pertemuan pertama dengan siapa saja yang saya temui. Soal kesan pertama yang bisa berbeda seringkali itu karena situasi. Tapi, kalau sampai kesan pertama itu masih diingat, berarti kita cukup dengan dengan orang itu. Daaan, semakin banyak yang mengingat kesan pertama dengan kita artinya semakin banyak orang yang merasa memiliki kedekatan emosional dengan kita.

Nah, apa kesan pertama anda terhadap dauw-druppels? :D

Tuesday, 3 January 2012

Alien yang Terjebak di Bumi

00:02 7 Comments
Aku percaya kita adalah dua alien yang dikirim oleh Tuhan ke Bumi untuk mengekspansi wilayah masing-masing. Kita adalah dua alien dari dua planet berbeda yang tidak sengaja bertemu di Bumi. Aku dari Merkurius, yang panas dan perlu waktu revolusi cepat. Sementara kamu adalah mahluk Neptunus, dingin dan jauh.

Anehnya dari dua agen yang tersasar ini, sinyal kita menangkap keberadaan masing-masing dan voila! Bertemulah kita dan pertemuan pertama kita sangat tidak manis.

Berdebatlah kita atas semua perbedaan yang kita miliki, atas semua cara pandang yang tidak bisa seragam, atas kebiasaan yang sukar disatukan, atas kekeraskepalaan masing-masing.
Berseterulah kita dengan bahasa yang oleh para mahluk bumi dianggap terlalu mengawang-awang. Pembicaraan berat, kata mereka. Ini soal idealisme, kataku. Ini mempertahankan prinsip yang benar, ujarmu. Ini soal menjadi Merkurius yang bergerak cepat dan hangat, debatku. Ini tentang perencanaan yang makan waktu dan sikap hangat yang tidak diumbar disembarang tempat, sanggahmu.

Lalu pada akhir perdebatan, kita akan mengagungkan planet masing-masing dan bersikeras bahwa planetmu—menurutku—adalah planet yang menyedihkan karena begitu dingin dan planetku—menurutmu—adalah planet yang sebetulnya dengan panas yang dimiliki bisa membakar apa saja.

Perjalanan sejauh ini ke Bumi sebenarnya nyaris membuahkan hasil, sebelum kamu datang. Semua menjadi kacau dan aku justru sibuk membuktikan bahwa Merkurius adalah yang terbaik. Tak ubahnya kamu, melupakan urusan ekspansi dan mencari justifikasi bahwa Neptunus adalah yang paling mumpuni.

Hingga Bumi akhirnya utuh melakukan satu revolusi dan kita mulai menyadari.
Bahwa kita sebenarnya adalah yin dan yang. Sepenuhnya berbeda namun melengkapi, tidak sepaham karena kita ingin hidup yang beragam. Rajin berseteru karena kita memang berusaha menjadi padu. Selamanya Merkurius adalah Merkurius, Neptunus tetap Neptunus. Namun, begitu bertemu tak ada lagi aku atau kamu, yang tersisa hanya kita.


Dua alien aneh yang bersyukur terjebak ke Bumi dan ingin menetap disini.

Saturday, 26 November 2011

Dua Orang Manusia

01:15 2 Comments

Dua orang manusia duduk saling berhadapan. Tanpa kata bersahutan. Hanya sesekali mata mereka bertatapan. Selebihnya, diam.

Dua orang manusia berjalan bersisian. Tanpa perlu saling bergandengan, hati mereka sudah bertautan.

Dua orang manusia membaca bersamaan. Membaca perasaan yang sering kali digembar-gemborkan orang. Tersipulah mereka, dengan senyum merona merah. Rindu itu sudah pecah. Tak lagi galau, tak lagi gelisah.

Dua orang manusia berucap bersamaan.
“Hatiku ini sudah kuserahkan. Hatimu itu sudah kuamankan. Maukah menjadi rekan perjalanan dalam kehidupan?”.

Aku yang mendengar berucap lirih,”Itu mantra, Itu cinta”.

Keduanya berjalan menuju matahari yang sinarnya malu-malu
memulai dari awal untuk mengeja rindu

Kamu yang melihat berbisik pelan,”Sayang, itu kita, bukan?”


Kampoeng Ilmu, 26 November 2011

Thursday, 17 November 2011

Tempat Terakhir

21:17 0 Comments

Padi-Tempat Terakhir
meskipun aku di surga mungkin aku tak bahagia
bahagiaku tak sempurna bila itu tanpamu
lama sudah kau menemani langkah kaki di sepanjang
perjalanan hidup penuh cerita
kau adalah bagian hidupku dan akupun menjadi bagian
dalam hidupmu yang tak terpisah
* kau bagaikan angin di bawah sayapku
sendiri aku tak bisa seimbang, apa jadinya bila kau tak di sisi

reff:
meskipun aku di surga mungkin aku tak bahagia
bahagiaku tak sempurna bila itu tanpamu
aku ingin kau menjadi bidadariku di sana
tempat terakhir melabuhkan hidup di keabadian
bila nanti aku kehilangan, mungkin itu hanya sesaat
karena ku yakin kita kan bertemu lagi

tanpamu tak akan sama


- - -
dalam keheningan deru-deru kota
nadamu memecah kalbu
menjadi separuh aku yang kau bawa
menjadi aku yang separuh mendamba

dalam riuhnya jangkrik dan malam yang dingin
senyummu yang samar membekukan waktu
pada satu titiknya
aku menolak untuk maju
aku ingin selamanya berada disitu
dalam satu detiknya
aku ingin waktu melepas kita dari dimensinya

dalam hatiku, dalam hatimu
nama kita bersaut-sautan mencari jalan kembali

Surabaya, 18 November 2011