Thursday, 19 April 2012

Ketika Hari Itu Tiba

01:59 1 Comments
Seorang menanyai saya pagi ini, “Kapan menulis lagi?”.
Sebuah pertanyaan yang selalu menampar saya berkali-kali, meneteskan cuka di atas luka. Perih dan ngilu. Saya tahu hari itu akan datang.
Hari dimana jemari saya terlampau lemah untuk sekadar menggenggam pena. Hari dimana jemari saya tak lagi punya tenaga untuk sekadar menyentuh keyboard. Hari dimana suara saya terkunci di pita suara dan saya tak lagi bisa bercerita apa-apa.
Ketika hari itu tiba, bukan karena imaji saya mati suri atau saya kehilangan daya khayal fiksi. Saya sudah menua, ketika hari itu tiba.
“Maka saya akan mendengar cerita-cerita kamu, dengan menatap matamu. Saya selalu sadar, mata kita adalah dua pasang mata yang selalu saling bicara dengan bahasa yang tak mampu didengar telinga kita, pun telinga lain.”
Hati saya tenang. Kamu adalah tempat segalanya memusat. Kamu adalah tempat segalanya berangkat. Kamu adalah mata air semua imaji, diksi dan puisi. Kamu adalah alasan saya menulis semua ini. Kamu adalah sebuah jaminan, cerita, puisi maupun sajak saya tidak hanya berakhir di tempat sampah. Kamu adalah pertanda, cinta tak pernah lengah.


Kamu, cinta itu sendiri.

Saturday, 10 March 2012

Senja yang membuat mata basah

22:32 2 Comments
Senja itu, setelah ikut sholat jamaah di masjid terdekat, dia datang dengan mata yang sembab.
Ada sesuatu. Dia bukan seorang yang cengeng.
Ada yang menyentuh hatinya. Entah kasar, entah halus.

"Pilek?", tanya saya. Saya mencoba berbaik sangka. Senja temaram membuat wajah dan mata sendunya samar. Ia menggeleng dan menyuruh saya bergegegas. Kuliah segera dimulai, ia tak ingin saya terlambat.

Sepanjang jalan ia diam dan itu membuat saya tak tahan untuk bertanya.
"Ada apa?"

Matanya kembali sembab.Namun, ia memulai bercerita.
Saat jamaah tadi, seorang tua berada di sampingnya. Dan ia teringat satu hal penting. 
Akan ada saatnya, sujud pun menjadi sangat berat. Jalan mulai melambat. Tubuh tak lagi kuat. 

Pertanyaan yang membuat matanya basah,

di usia muda ini apa saja yang sudah ia perbuat? Selagi mampu selagi sempat?

Ia membuat mata saya basah pula.

credit picture here

Friday, 24 February 2012

Lebih Baik Menginspirasi daripada Menginstruksi

03:53 4 Comments

Saya makin percaya ngomong itu memang jauh lebih mudah daripada bertindak, menyuruh lebih enteng daripada mencontohkan dan menginspirasi jauh lebih sulit dari sekadar memberi instruksi.

Semua ini berawal dari dua minggu lalu. Salah seorang kawan saya meminta saya membantunya menjadi narasumber pelatihan jurnalistik di salah satu MAN di Jombang. Saya merasa bingung, dengan latar belakang keilmuan saya yang ngga ada jurnalistiknya sama sekali ini, saya mau kasih materi apa?
“Blog.” Teman saya itu menjawab dengan ringkas.
“Kita arahkan jadi semacam citizen journalism gitu, Nad”. Oke, saya setuju. Materi soal jurnalistik termasuk citizen journalism itu bagian kawan saya sementara saya cukup soal blog. Tapi pengetahuan blog macam apa yang akan saya bagi?
Akhirnya, saya membagikan pengalaman ngeblog beserta keuntungannya dan juga motivasi biar para peserta pelatihan itu rajin ngeblog. Di akhir materi saya meninggalkan contact person berupa akun twitter.
Selang beberapa hari, ada satu peserta yang mengontak saya via twitter

Saya merasa malu, blog saya ini rasanya sudah lama sekali jamuran. Saya malu, mengajak mereka rajin ngeblog sementara saya masih mengeluh dengan tugas kuliah yang bejibun padahal tiap hari juga ngetwit terus.
iya, saya sendiri susah konsisten :(


saya juga sering kehilangan semangat :(



#notedToMySelf
Terima kasih ya adek-adek, setiap ingat kalian saya jadi ingat untuk ngeblog. 

Saya jadi sadar lebih baik bertindak daripada sekadar bicara, lebih baik mencontohkan daripada menyuruh dan lebih baik menginspirasi daripada menginstruksi.

Thursday, 26 January 2012

Kesan Pertama begitu menggoda...

03:14 2 Comments

Semua ini bermula dari rasa ingin tahu saya, saya ingin tahu bagaimana kesan pertama tentang saya yang melekat di benak kawan-kawan dan kerabat saya. Karena rasanya aneh kalau tiba-tiba nodong tanya kesan pertama, saya akhirnya membagi kesan pertama saya dulu tentang mereka, tentang orang yang ingin saya ketahui bagaimana kesan pertamanya terhadap saya.

Diluar dugaan saya, hashtag #kesanPertama yang saya buat merembet luas dan menarik perhatian teman-teman saya dan mereka akhirnya ikut bermain juga, membagikan kesan pertama mereka ke teman-teman lain.

Menjadi menyenangkan ketika pada pertemuan pertama ada yang mengira saya pendiam sementara yang lain bilang saya heboh, ada yang bilang saya alim, ada yang bilang saya keras kepala. Sampai akhirnya ada satu follower saya yang menyimpulkan saya itu kompleks karena keberagaman kesan pertama terhadap saya.

Buat saya, mengetahui kesan pertama menjadi semacam flash back pertemuan pertama saya dengan orang tersebut. Menyenangkan mengingat kembali bagaimana teman-teman saya mengingat kini yang berbeda dengan kesan pertama yang mereka tangkap. Meskipun beberapa dari mereka menangkap kesan yang sampai sekarang masih ada. Hehe..

Dan ternyata yang lebih menyenangkan lagi ketika tahu ’permainan’ saya ini dinikmati oleh yang lain. Teman-teman TC *istilah untuk jurusan saya, teknik informatika—yang waktu pertama kali lahir bernama teknik computer—ITS* termasuk senior akhirnya ikut berbagi kesan pertama juga. Juga teman SMA saya yang akhirnya membagikan kesan pertamanya ke kawan-kawan kampusnya. Begitu juga dengan kawan blogger yang akhirnya menyebarkan virus kesan pertama itu juga.

Satu yang bisa saya simpulkan, satu pertemuan yang singkat seringkali tidak cukup untuk mengenal seseorang. Seni bersosialisasi adalah proses mengenal orang-orang dalam lingkungan kita hingga kita mengenal betul dan bisa terikat secara emosional. Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari kesan pertamanya saja. Setiap pribadi itu memiliki keunikan masing-masing yang selalu menarik untuk dikulik. Itulah kenapa saya suka berteman dengan banyak orang.

Sebisa mungkin, saya menjadi diri saya sendiri sejak pertemuan pertama dengan siapa saja yang saya temui. Soal kesan pertama yang bisa berbeda seringkali itu karena situasi. Tapi, kalau sampai kesan pertama itu masih diingat, berarti kita cukup dengan dengan orang itu. Daaan, semakin banyak yang mengingat kesan pertama dengan kita artinya semakin banyak orang yang merasa memiliki kedekatan emosional dengan kita.

Nah, apa kesan pertama anda terhadap dauw-druppels? :D