Tuesday, 19 May 2009

PULANG KAMPUNG

08:09 0 Comments
Kemarin, iseng-iseng saya googling dengan keyword nasi gono. Sebenarnya hanya mau nge-check blog saya ini bisa masuk google apa nggak. Ternyata blog saya yang alamatnya di nadaharoen.multiply.com ada di urutan pertama *^0^ senangnya hatiku*.
Di urutan kedua, ada sebuah website luar negeri * agak nggak nyambung, gono kok pake bahasa prancis*. Nah, di urutan ketiga ini * backsound: jengjeng..* ada satu blog yang juga membahas nasi gono! Langsung deh saya klik!

Setelah saya baca, saya tambah berteriak melonjak-melonjak karena ternyata sodara-sodara, penulis blog itu berasal dari NGADIREJO, saya tulis gede biar dramatis. Sekali lagi, NGADIREJO TEMANGGUNG! Kampung halaman saya! Rasanya seperti ketemu sodara kandung. Kakak saya memang ngeblog sih, sodara saya yang lain yang juga banyak yang aktif blogging. Yang membuat berbeda adalah saya menemukan blogger sekampung halaman tanpa disengaja. Yang bikin yahui lagi, penulis yang bernama mas Ari itu lagi nulis teenlit yang bersetting di NGADIREJO! Mak nyuus banget deh! Saya nggak sabar pengen baca. *mupeng*

pak *ato mas ya?* Ari udah berkeluarga dan udah lama nggak berdomisili di Ngadirejo. Tapi kecintaannya dengan daerah asal nggak pernah luntur. Sampai-sampai bikin teenlit dengan setting kampung halaman sendiri. Secara pribadi, saya nggak kenal beliau secara beliau sudah berumur dan saya masih abegeh. Tapi entah saat saya membaca blognya saya seperti membaca tulisan Oom saya sendiri.

Bagi anda yang belum pernah meninggalkan kota dimana anda tumbuh, mungkin anda akan sulit memahami perasaan ini. Ya saya sendiri sebenarnya nggak jauh-jauh amat meninggalkan Ngadirejo tercinta itu, hanya di Magelang yang jarak tempuhnya nggak sampai 2 jam. Dekat! Tapi tetep aja perasaan haru itu ada ketika ikatan sekampung halaman itu muncul. Saya akui memang saya agak katrok * nggak cuma agak ding, tapi sangat :-D* saya baru tahu ada jaringan paseduluran *atau apa namanya saya lupa* orang-orang Temanggung. Lebih spesifik lagi NGADIREJO! Bukan Parakan atau Bulu, juga Jumo atau Kedu. Ini NGADIREJO!

Saya jadi nggak sabar pengen ikutan jaringan wong Ngadirejo itu. Pengen lebih mengenal Ngadirejo. 15 tahun hidup disana kayaknya yang saya tahu nggak banyak. Sebatas disekitar rumah. Sekarang tambah terhalang sebab tepat di depan rumah ada tower indosat. Lewat jaringan itu bisa nambah sedulur.

Okok, kayaknya nggak asyik banget ngomong gini tapi nggak ada moral value yang bisa diambil. Baiklah, ehm ehm *dehem, tanda nggaya ^^* sejauh apapun kita meninggalkan asal kita, kita tetap akan mengingatnya, kita akan tetap berusaha kembali kesana. Contoh konkretnya, saya setengah bulan sekali pulang kampung ^^. Contoh lebih realnya, mudik. Dan tentunya kita pulang dengan membawa yang baik-baik dong. Kalau kita merasa belum pantas pulang, masih belum sukses, belum pingin pulang kan? Malu kan?

Kita gunakan analogi ini untuk berbicara tentang Allah. Dari Dialah kita berasal, kepadaNyalah kita kembali. *ada yang mau ngeyel nggak mati?*
Masalahnya kapan kita kembali, kita nggak bisa menentukan kan? Kita nggak bisa memilih waktu kan? Lalu coba bayangkan saat kita kembali dan kita belum pantas untuk disebut hambaNya. Kita pulang tanpa bekal apa-apa. MasyaAllah, saya begidik sendiri. Saya menjadi sadar, saya sendiri pun masih begitu. Masih banyak yang harus saya benahi, masih banyak yang harus saya persiapkan. Saya nggak ingin pulang dalam keadaan nggak pantas dan malu dihadapan Allah. Kalau anda bagaimana?

Sunday, 17 May 2009

mendengarkan kata hati

00:04 0 Comments
hari minggu tepat di siang bolong, nggak tahu kenapa saya pengen maen. pengen ngenet.
akhirnya, setelah mandi, nyuci dan njemur cucian, saya meluncur. karen adi daerah Tempuran, tempat saya berdomisili nggak ada warnet saya ngenet di deket sekolah.

dengan sepeda onthel saya meluncur ke rumah paklik saya dulu, niatnya kalo ada yang bisa nganterin saya pengen dianterin. dan benar saja, ada yang bisa nganterin. akhirnya saya dianterin sampai disalah satu warnet deket alun-alun. kata temen-temen saya yang pernah negenet disana, ngenet disana enak, jadi saya nyoba. setelah sampai disana,yang nganterin saya tanya,"ditunggu nggak?"
"nggak...". sebenarnya saya udah kepikiran gini, saya suruh nunggu bentar. ngecek penuh nggak. kalo penuh, bisa dianterin ke warnet lain. dan bodohnya saya, saya nggak manut sama kata hati saya itu. *krik..krik*

karena warnetnya dilantai dua, saya harus naik dulu dong.* ya iyalah masak turun 0_o'*
saya tanya ma yang jaga,"Penuh nggak mas?"
"Penuh, mbak."

dongdong!
saat itu hati saya seolah teriak!"ngeyel lu!"
saya pun turun. yang tadi nganterin uda pulang.
yang lebih ngebetein, ada orang yang kayaknya agak sarap, ngomong gini,"Oo, wis ditinggal". damn.

akhirnya saya naik angkot jalur 1. dalam hati saya agak ragu. mau ngenet dimana.
ada dua warnet yang bisa dilewatin jalur satu, clicks dan yoi.
hati saya bilang gini,
"clicks aja nad,"
tapi otak saya ngeyel, di yoi aja. yoi kan pc nya banyak, nggak penuh. clicks kan cuma dikit.

lebih bodoh dari keledai, saya nggak manut lagi dengan kata hati saya.

sampai di yoi, ternyata malah antri.
"Antri ya mas?", saya tanya.
"iya, mbak. antri 5"

dongdong.
kali ini hati saya uda gregetan. udah ke click aja!
otak saya ngeyrl, paling clicks juga penuh!
tapi nggak tahu gimana akhirnya saya ke clicks juga da ternyata NGGAK PENUH!!!


coba kalo dari tadi saya manut kata hati, pasti nggak perlu muter-muter.
kadang emang kita sering mengabaikan apa kata hati, padahal sesungguhnya itu firasat yang kuat banget.

belajar dari pengalaman, manut kata hati ya...

Friday, 8 May 2009

SEMARANG dan JALAN

20:27 2 Comments
uda seminggu lebih ini saya di rumah, di Temanggung. dua hari yang lalu, saya sempet ke KUdus nganterin mbak saya balik ke pondok..
dan kudus ternyata sangat menyenangkan. * buat orang kudus boleh bangga*
kotanya rapi dan nggak macet. penting buat di catet, NGGAK MACET.
beda banget sama semarang * orang semarang silahkan ngamuk ^^v*.
perjalanan dari temanggung ke kudus lewat semarang, di semarang itu lah saya terjebak macet hampir sejam lebih *T.T*. belum lagiterminal terboyo yang lebih pantas disebut empang. sekali lagi EMPANG. genangan air dimana-mana. jalannya rusak. sungguh nggak terawat. heran saya, semarang yang ibu kota provinsi kok bisa kalah sama kota-kota lain.
piye iki wong semarang???

belum lagi di jalanan banyak genangan air. sungai di pinggir jalan warnanya ijo menjijikan..

hadooh..

piye kuwi??

oke, emang nggak semua wilayah semarang sekotor dan separah itu. tapiiiiii...
kayaknya lebih banyak yang seperti itu, yang kotor dan parah. terutama di daerah pinggiran.
saya sampai nggak tega hati mau motret* emang lupa mau motret =D*.

saya berharap. semarang ke depan lebih baik lagi. biar orang jawa tengah berkata dengan mantap.
"ITU LHO SEMARANG! IBUKOTA JAWA TENGAH!"

kalo sekarang ngomongnya masih bisik-bisik.
"SEmarang kok kotor ya? kok nggak rapi ya?"

Thursday, 30 April 2009

KASMARAN

22:05 0 Comments
“Nada pacarnya siapa sih?”.
Pertanyaan itu muncul dari seorang teman saya ketika saya menulis sebuah puisi di bukunya. Alis saya langsung terangkat. Kok bisa-bisanya pertanyaan begitu langsung muncul. Saya lantas balik bertanya, apa yang menjadi sebab pertanyaan itu muncul. Teman saya itu lalu tertawa terkekeh. Katanya, biasanya orang yang menulis puisi itu orang yang sedang kasmaran. Saya jadi geli, kalau misalkan benar saya sedang kasmaran, apa itu berarti saya punya pacar? Teman saya itu tertawa menyadari pertanyaannya yang kurang pas itu. Ah, tapi pasti Nada punya pacar. Teman saya itu masih ngeyel. Saya jawab dengan jujur, sejujur-jujurnya, saya tidak punya pacar dan juga tidak sedang kasmaran.

Tapi puisinya kok bisa kayak gitu. Masih ngeyel juga teman saya itu. Saya jawab, ini puisi bikinan saya yang paling saya sukai sampai sekarang. Saya merasa puisi itu maknanya bisa tepat di segala kondisi. Barulah teman saya itu berhenti ngeyel.

Puisi saya yang menimbulkan pertanyaan tadi sebenarnya sangat singkat hanya 1 Bait, 4 baris.

Aku ingin kau tahu
Tapi aku tak permah mampu
Aku ingin kau merasa
Sayangnya aku tak pernah bisa

Hanya itu sebenarnya. Singkat bukan? Tapi padat buat saya. Kau disitu bisa bermakna luas sekali. Bisa seorang yang kita kagumi atau bisa juga pemerintah. Atau siapapapun yang kita kehendaki. Luas objek, luas pula maknanya. Kebetulan saja teman saya tadi memaknainya dengan sempit sehingga kesan kasmaranlah yang pertama kali muncul.
Tak apa, toh dulu memang saya menulisnya saat kasmaran. Dulu sekali.

Dulu memang saya penganut aliran puisi kasmaran, artinya saya hanya menulis saat perasaan -yang entah bagaimana menggambarkannya- itu hadir. Saya lalu jadi melankolis dan menulis puisi kapan saja.

Namun sekarang berbeda. Saya menulis ketika saya merasa ada uneg-uneg. Ad ayang mengganjal. Apa saja itu, bukan melulu urusan cinta. Saya mengungkapkanya kadang lewat puisi, kadang lewat cerpen kadang bisa juga lewat tulisan semacam ini. Macam-macamlah.

Tapi eits, tunggu dulu. Saya mencerna lagi kata kasmaran tadi. Jika kasmaran dimaknai cinta, sepertinya ada benarnya juga kata teman saya itu. Ketika saya menulis puisi tentang tanah air saya, itu berarti saya sedang kasmaran dengan tanah air saya sendiri. Atau saat saya mengumpat tentang negara saya sendiri, berarti saya sedang dalam proses mencintai negara sendiri. Cinta tak harus selalu memuji kan? Lalu pernah pula saya berbicara tentang Tuhan, Allah. Ini jelas, saya sedang menumbuhkan dan menyuburkan cinta saya kepadaNya. Sempat pula saya menulis tentang keluarga, tentang abah, tentang ibu. Tak usah ditebak lagi, alasannya sebab saya memang sangat mencintai keluarga saya.
Saat saya mengerik postingan ini, tiba-tiba ada ide yang ujug-ujug mak bedunduk minta dilahirkan.


Sendiri
Meski di sebelah buku-buku berhimpitan mesra
Bantal yang sedari tadi bercumbu dengan guling mengejek dengan mengerling
Mereka tertawa melihat yang bernyawa di ruang sendirian
Sementara mereka yang tak berdenyut nadinya
Justru bergelimang cumbu dengan sesamanya
Ah sungguh mereka tak paham
D iluar sana
Banyak yang seperti mereka
Bernafas namun berkeliaran memajang hasrat
Sedang aku yang sedang belajar memanusiakan diriku sendiri
Terkungkung dalam kamar yang sepi
Sendiri

Puisi ini tiba-tiba muncul, saat saya memang sedang sendirian di kamar malam-malam. Lantas saya ingat ada kehidupan malam yang sungguh tak pantas saya ceritakan. Saya menjadi bersyukur Allah membiarkan saya sendirian, bukan berkeliaran dengan jalang di jalanan. Saya menjadi mencintai kesendirian ini.

Begitu banyak hal disekeliling saya yang membuat saya sadar, saya berkali-kali kasmaran. Jika kurang percaya, tengoklah cerpen saya yang saya pajang disini. Mungkin akan memberi anda sedikit rasa yakin. Hehehe..

Dan yang pasti saat saya menulis sekarang juga karena cinta. Cinta kepada para pembaca yang sudah berkenan membaca coretan saya ini. I LOVE YOU!